Pengalaman hamil kesundulan adalah suatu pengalaman yang cukup unik. Sebetulnya, hamil lagi sebelum jarak 2 tahun dari kehamilan sebelumnya, tidak memberikan cukup waktu bagi tubuh Ibu untuk pulih dari segala tekanan saat hamil dan melahirkan.
Meski jarak kehamilan yang terlalu dekat berisiko untuk Ibu dan janin, Ibu tidak perlu terlalu khawatir selama mengkonsumsi asupan bergizi dan menjalani kehamilan dengan senang hati.
Keputusan berapa lama jarak antara kehamilan satu dengan berikutnya memang ada di tangan Ayah dan Ibu. Ibu bisa hamil lagi dengan segera karena dalam waktu 3-6 bulan, semua organ sudah kembali normal. Begitu pula rahim yang kembali lagi seperti sediakala dalam waktu 40 hari. Soal kesuburan setelah melahirkan , masing-masing Ibu memiliki masa kesuburan berbeda yang bisa diketahui dari cara menyusui.
Bagi Ibu yang memberi ASI dengan langsung menyusui pada bayi dan tidak menstruasi, bisa tidak hamil selama masa pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Tapi, kalau Ibu tidak selalu menyusui langsung pada bayi dan memerah ASI, kesuburan Ibu bisa langsung kembali normal, walaupun belum menstruasi. Ini disebabkan tingkat hormon prolaktin menurun sehingga mendukung terjadinya produksi hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) dan FSH ( Follicle Stimulating Hormone) yang berperan penting dalam pertumbuhan sel telur dalam ovarium.
Nah, masalahnya “Sudah Bisa Hamil” dengan “Sudah Layak Hamil” adalah dua hal yang berbeda. Ibu memang dapat hamil tanpa mengikuti anjuran WHO alias organisasi kesehatan dunia (memberi jarak kehamilan antara 2-5 tahun), tetapi apakah Ibu layak hamil? Berikut ini adalah penjelasannya, dilihat dari aspek fisik dan psikologis.
Aspek Fisik Dalam Hal Hamil Kesundulan
Hamil kembali sebelum jarak 2 tahun tidak memberikan cukup waktu bagi tubuh Ibu untuk pulih kembali dari segala tekanan yang diderita saat hamil dan melahirkan. Sel-sel dalam tubuh Ibu juga belum selesai menjalani proses pemulihan. Ini berarti, meski bisa dibuahi, kondisi tubuh Ibu tidak layak hamil. Apalagi kalau kurang nutrisi, bisa saja kesehatan Ibu akan drop hingga berpengaruh pada kesehatan jangka panjang Ibu. Inilah beberapa risikonya bila Ibu hamil kembali di bawah 2 tahun :
Hb Belum Kembali Normal
Salah satu elemen dalam tubuh yang harus normal kembali saat hamil kembali adalah kadar hemoglobin (Hb). Hb merupakan sel darah merah yang berfungsi mengangkut makanan dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, termasuk asupan untuk janin. Perdarahan yang dialami ketika persalinan membuat kadar Hb Ibu turun. Bila jarak kehamilan satu dengan berikutnya terlalu cepat, dikhawatirkan kadar Hb belum kembali normal.
Mengalami Anemia
Ibu bisa mengalami anemia karena tubuhnya belum cukup untuk mengumpulkan cadangan zat besi dari kehamilan sebelumnya.
Mengalami Osteoporosis
Menurut penelitian di Amerika Serikat, perempuan yang sudah kesundulan hamil lagi sebelum anaknya berusia lebih dari 1 tahun, berisiko 4 kali lipat mengalami osteoporosis di masa mendatang. Pasalnya, cadangan kalsium di tubuh Ibu akan ditransfer untuk pertumbuhan janin, sementara kecukupan kalsium baru didapatkan Ibu setelah usai menyusui. Jarak kehamilan yang kurang dari 1 atau 2 tahun tentunya belum cukup bagi Ibu untuk mendapatkan kembali kepadatan tulang.
Menderita Hipertensi Kronis
Bila di kehamilan pertama ada riwayat penyakit tertentu, semisal hipertensi/darah tinggi , maka untuk penderita preeklamsia ( kondisi medis dengan gejala hipertensi saat kehamilan) butuh waktu pemulihan lebih lama. Jika tidak diberi waktu untuk pulih kembali, Ibu dapat berisiko menderita hipertensi kronis atau seumur hidup menjadi penderita hipertensi.
Meningkatkan Risiko Autisme
Hasil penelitian yang diterbitkan pada 2014 oleh Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (jurnal medis hasil evaluasi kerja para psikiatri anak di Amerika Serikat sejak 1987) membuktikan, Ibu yang kesundulan hamil lagi dalam waktu kurang dari 1 tahun setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko bayinya mengalami autisme.
Aspek Psikologis Dalam Hal Hamil Kesundulan
Setelah melahirkan anak pertama, dalam kondisi pemulihan fisik, Ibu juga harus menghadapi berbagai persoalan dalam pengasuhan anak sulung. Misalnya, kendala yang dialami saat menyusui. Apalagi harus menghadapi kondisi hamil kesundulan anak kedua. Terbayang sudah, stress-nya seperti apa. Stress saat hamil tentu tidak baik untuk kesehatan mental Ibu dan akan mempengaruhi kondisi janin.
Apalagi, ketika Ibu menghadapi kehamilan yang tidak direncanakan, seringkali ada perasaan menyesal, kecewa dan terbebani. Kondisi emosional Ibu hamil kesundulan ini sangat berpengaruh pada janin, karena janin dapat merekam segala sesuatu yang dirasakan Ibu. Maka, jika Ibu merasa berat dalam menerima kehamilan yang tidak direncanakan, ini, janin juga bisa merasakannya. Dampaknya, saat anak tumbuh besar, biasanya akan sulit untuk membangun hubungan yang erat dengan Ibu. Selain itu, akan berpengaruh pula pada tumbuh kembang anak dalam jangka panjang, yaitu berisiko membuat anak lebih mudah tantrum (mudah marah dan bertindak kasar) dibanding anak dari kehamilan yang direncanakan.
Selain itu, pada kehamilan yang direncanakan, Ibu pasti berusaha menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi asupan bergizi tinggi, sehingga janin pun tumbuh sehat dan berkualitas. Hati yang senang juga membuat Ibu lebih semangat menghadapi kehamilan yang payah di trimester pertama. Sebaliknya, saat Ibu tidak senang dengan kehamilannya, otomatis usaha dalam menjaga kesehatan tidak sebesar saat menjalani kehamilan yang direncanakan.
Minimalisasi Risiko Hamil Kesundulan
Tentu sangat wajar jika Ibu merasa terbebani dengan kehamilan yang tidak direncanakan ini, namun baiknya tidak terlalu lama menyesalinya ya. Silahkan menumpahkan perasaan Ibu hingga puas pada orang terdekat, tapi selanjutnya Ibu harus move on. Disinilah perlunya Ibu bersikap bijaksana. Bayangkan perasaan anak (janin) bila ia tahu kalau tidak diinginkan orangtua-nya.
Segera setelah Ibu menerima kehamilan ini, mulailah untuk berusaha menjaganya dengan baik. Sadari bahwa trimester pertama adalah periode emas janin, dimana semua elemen dalam tubuh janin sedang dibangun. Ibu pasti menginginkan generasi penerus yang berkualitas bukan? Nah, untuk mewujudkannya, Ibu bisa menerapkan beberapa tips berikut ini :
- Diskusikan dengan Ayah, apa saja yang Ibu butuhkan. Ceritakan perasaan Ibu agar Ayah mengerti kondisi Ibu dan dapat memikirkan langkah selanjutnya bersama-sama.
- Minta Ayah untuk meringankan beban/tugas Ibu agar Ibu memiliki waktu istirahat dan dapat mengurus diri. Misalnya, dengan membantu mengasuh anak sulung. Bagaimanapun, Ayah perlu berperan dalam mengasuh anak sulung karena si kakak akan menghadapi masalah-masalah baru, seperti : merasa tidak diperhatikan lagi karena ada kehadiran adik, merasa dinomorduakan, dan lainnya.
- Bila Ayah tidak bisa diajak bicara, carilah bantuan. Mungkin Ibu bisa mengunjungi konselor, psikolog atau seseorang yang bisa menjadi tempat mencurahkan emosi Ibu. Intinya, Ibu tidak boleh memendam emosi sendirian.
- Jika Ibu dan Ayah butuh bantuan dalam mengasuh anak atau mengurus rumah, carilah pihak ketiga yang dapat membantu. Contoh : anggota keluarga terdekat, pengasuh anak, atau asisten rumah tangga. Agar si sulung tetap diasuh dengan baik, minta pengasuh untuk menerapkan model dan aturan pengasuhan yang biasa Ayah dan Ibu terapkan pada anak.
- Karena Ibu sudah mengetahui berbagai risikonya, Ibu kesundulan hamil harus benar-benar menjaga kehamilan dengan maksimal. Lawan rasa mual dan konsumsi makanan bergizi tinggi dengan teratur demi bisa menyusui si sulung serta mengandung dalam kondisi sehat.
Tetap Menyusui Si Sulung
Meskipun kesundulan hamil, Ibu tetap bisa menyusui. Syaratnya Ibu harus dalam keadaan sehat. Logikanya sama seperti Ibu hamil dalam keadaan berpuasa. Bila kuat dan sehat, tidak dilarang. Tapi, tidak boleh dipaksakan karena akan berisiko untuk kesehatan Ibu dan janin.
Bila menyusui membuat Ibu sakit, lemas dan keluhan lainnya, sebaiknya cari pengganti ASI, seperti ibu susu atau susu formula. Pikirkan konsekuensi-nya masing-masing ya. Konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi bila perlu.
Memang betul, janin bisa kekurangan nutrisi bila Ibu hamil masih menyusui anak sulung. Tapi, bila Ibu berusaha keras dengan memilih asupan kaya nutrisi, maka baik Ibu, si sulung, maupun janin bisa tetap mendapat nutrisi yang cukup. Untuk mendapatkan pola makan terbaik, coba berkonsultasi dengan ahli gizi.
Agar janin terhindar dari anemia dan kadar Hb Ibu tetap terjaga, konsumsi asupan yang kaya zat besi, seperti daging merah, bit, semangka, sayur bayam, dan kacang merah. Zat besi juga memegang peranan penting dalam membangun kecerdasan anak. Kadar Hb Ibu juga harus normal agar asupan untuk janin berjalan lancar. Untuk Ibu hamil, nilai Hb yang normal adalah di atas 11.
Hindari pola makan yang sekedar kenyang saja. Mulailah menjalankan pola makan ideal untuk Ibu hamil kesundulan agar Ibu, janin dan si sulung yang masih disusui tidak kekurangan nutrisi. Selain itu, bila Ibu merasa stress, segeralah berusaha untuk menyingkirkannya. Ambil waktu jeda sejenak untuk menghibur diri dengan melakukan kegiatan yang Ibu sukai, beristirahatlah dari rutinitas, atau melakukan kegiatan yang membuat jadi lebih relaks.
Bila stress tidak hilang juga, carilah teman bicara. Bila perlu, cari orang yang bukan hanya menjadi tempat curhat, tapi juga bisa menganalisis kondisi kesehatan mental Ibu, seperti psikolog. Ingat ya, Ibu harus selalu senang dan berpikir positif demi kebaikan seluruh keluarga.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.