Perubahan psikologis pada ibu hamil pasti terjadi selama masa kehamilan. Tanpa sebab yang jelas , tiba-tiba saja ibu hamil merasa sangat sedih bahkan sampai menangis. Di waktu yang lain, ibu malah merasa gembira sekali sampai tak henti tersenyum. Ada apa, ya? Begitulah, kalau sedang hamil. Penyebabnya apa? Apalagi kalau bukan perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan.
Sebenarnya kondisi biologis setiap orang, khususnya kondisi hormon pada tubuh, memberikan pengaruh pada kondisi psikologis seseorang. Dengan demikian bisa dikatakan, kondisi ini tidak hanya terjadi pada ibu hamil, tetapi juga dapat dialami oleh semua orang. Itulah mengapa, jika terjadi perubahan hormon dalam tubuh, seperti pada ibu hamil, dapat menimbulkan perubahan kondisi psikologis pada orang tersebut yang mengakibatkan pula adanya perubahan perilaku.
Khusus pada ibu hamil, perubahan psikologis juga dapat terjadi karena ada perubahan pada fisiknya, baik yang terlihat langsung maupun yang tidak langsung. Contoh : perut yang membesar, kebutuhan asupan gizi yang meningkat sehingga sering merasa lapar, meningkatnya sensivitas pancaindra untuk melindungi janin sehingga ibu mudah merasa tidak nyaman pada hal-hal tertentu, atau adanya keterbatasan untuk bergerak. Perubahan-perubahan tersebut membuat ibu tidak bisa menjalani kehidupannya sama seperti ketika tidak hamil.
Adanya perubahan fisik membuat ibu harus menyesuaikan diri kembali dengan kondisi-kondisi yang baru dan berbeda tersebut. Proses adaptasi psikologis pada ibu hamil tersebut tidak sama pada setiap orang. Ada orang yang dapat menerima perubahan diri tersebut dengan baik, tetapi ada juga yang menolak, bahkan tidak menerima kondisi yang dialaminya. Proses penyesuaian diri inilah yang dapat berkontribusi terhadap berbagai hal yang mempengaruhi kondisi psikologis ibu hamil.
Aneka Bentuk Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil
Ada berbagai perubahan psikologis yang kerap muncul di masa kehamilan, di antaranya dalam bentuk kerap mimpi buruk, sebal dengan suami, pemarah dan ngidam aneh-aneh.
- Kerap Mimpi Buruk. Saat hamil, seringkali ibu menjadi lebih rapuh karena ibu merasakan berbagai kekhawatiran dan ketakutan. Misalnya, aktivitas sehari-hari yang dilakukan dan dikhawatirkan dapat membahayakan janin. Rasa khawatir tersebut sampai terbawa tidur dalam bentuk mimpi. Jadi, mimpi yang muncul saat tidur, bukan tak mungkin merupakan representasi dari kekhawatiran dan ketakutan tersebut, atau bahkan muncul sebagai mimpi buruk. Memimpikan ketakutan tersebut adalah hal yang wajar dan bisa digunakan untuk mempersiapkan diri pada kehidupan nyata. Hanya saja, ibu harus yakinkan diri bahwa hal tersebut bukan kenyataan yang pasti akan terjadi ketika bayi lahir. Penyebab lainnya, ketidakpastian tentang peran barus sebagai ibu bisa jadi memunculkan mimpi tentang ketidakmampuannya dalam merawat anak. Tak hanya itu, ibu juga seringkali bermimpi bahwa ia terjebak. Hal ini bisa merepresentasikan ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan, apakah bayinya nanti akan mempengaruhi kehidupannya sehari-hari kelak. Memimpikan tentang jenis kelamin bayi, bisa jadi merupakan preferensi ibu terhadap jenis kelamin anak yang diinginkan.
Seburuk apapun mimpi yang dialami ibu hamil, yang perlu diingat adalah hal tersebut wajar adanya dan bisa dibilang normal. Untuk mengatasi, sebaiknya ibu menceritakan rasa khawatir atau takutnya kepada pasangan atau teman. Dengan bercerita dapat mengurangi kekhawatiran ibu. - Sebal Pada Suami. Kondisi ini tidak selalu muncul pada semua ibu hamil. Namun, jika ibu mengalami perubahan perasaan terhadap suami, besar kemungkinan karena terjadinya perubahan emosi yang ekstrem dan bergejolak dalam diri ibu. Ketika hamil, ibu bisa jadi lebih bergantung pada suami dan mengkhawatirkan keberadaan serta kesigapan suami dalam membantu ibu melewati masa-masa kehamilannya. Di tambah lagi dengan rasa kurang percaya diri ibu karena perubahan fisik yang dialami, sehingga muncul keraguan apakah suami masih tertarik padanya. Implementasi dari perubahan dan gejolak emosi ini bisa beragam, salah satunya muncul sebagai reaksi mekanisme pertahanan diri dan justru bersikap negatif terhadap suami. Untuk mengatasinya, ibu hendaknya menumbuhkan rasa percaya kepada pasangannya. Lakukan dialog dengan pasangan sehingga mengetahui sikap pasangan terhadap dirinya. Tumbuhkan keyakinan dapat menciptakan hubungan yang sehat dengan pasangan.
- Pemarah. Munculnya sifat pemarah karena ibu merasakan ketidakpastian akan masa depan, keraguan akan kemampuannya dalam menjadi seorang ibu kelak, serta menurunnya rasa percaya diri. Semuanya itu dapat membuat ibu menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. Ditambah lagi dengan segala ketakutan dan kekhawatiran, baik tentang kehamilannya maupun janin yang dikandung dan masa depannya, bisa jadi membuat ibu hamil lebih sensitif perasaannya sehingga mudah tersinggung.
Untuk mengatasinya, cobalah banyak bercerita tentang masalah-masalah yang ibu alami kepada konselor atau teman. Aktivitas ini dapat membantu ibu mengatasi perasaan-perasaannya dan membantunya melewati masa-masa sulit tersebut. Emosi atau kondisi psikologis seseorang juga bergantung pada kondisi fisiknya, sehingga beristirahat yang cukup juga dapat membantu kondisi psikologisnya. - Ngidam Aneh-Aneh. Sampai saat ini, penjelasan tentang munculnya ngidam pada masa kehamilan, belum dapat dipastikan dengan jelas. Beberapa penjelasan yang coba diberikan adalah terjadinya perubahan hormon dalam tubuh, sehingga mengubah sensitifitas indra perasa terhadap stimulus-stimulus tertentu. Jika bukan hal yang membahayakan ibu ataupun janin, dan tidak mengganggu kesehatan, maka tidak ada salahnya sesekali dituruti keinginannya, karena hal ini dapat membuat ibu merasa kebutuhannya terpenuhi. Tetapi sesekali alangkah baiknya juga bila ibu mencoba untuk tidak menurutinya dan mencoba mengontrol diri. Sekali lagi, membicarakan perasaan yang dirasakan ibu kepada seorang konselor atau teman, dapat membantu ibu mengatasi perasaan-perasaannya, termasuk tentang mengidam.
Perubahan Per Trimester
Perubahan psikologis pada ibu hamil dapat berlangsung semenjak awal kehamilan. Dengan mengetahui adanya janin yang mulai berkembang dalam tubuhnya, bisa jadi malah menimbulkan berbagai emosi pada ibu. Mulai rasa senang dan bahagia hingga adanya kecemasan dan ketakutan akan hal-hal yang mungkin mengganggu calon bayinya.
Kondisi tersebut tidak bisa disamakan pada semua ibu hamil, mengingat kondisi setiap orang berbeda-beda. Tetapi secara psikologis, masa-masa awal kehamilan adalah masa awal penyesuaian diri. Dengan demikian, wajar bila terjadi perubahan psikologis. Namun semakin lama, pada umumnya ibu hamil lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kehamilannya, sehingga lebih dapat mengatasi kendala-kendala dari kehamilan yang mungkin muncul.
Perubahan psikologis pada trimester pertama belum dapat dilihat jelas secara kasatmata, tetapi cukup signifikan. Pada awal masa kehamilan ini, mungkin saja ibu merasa kecemasan akan kehilangan bayinya, atau ketakutan akan hal lainnya. Suatu hal yang wajar jika ibu mengalami perubahan yang ekstrem dan bergejolak. Untuk mengatasi perubahan tersebut, hendaknya ibu berbagi cerita dan mengungkapkan segala perasaanya kepada konselor atau seorang teman. Kegiatan ini pastinya dapat membantu meringankan perasaan tidak nyaman yang terjadi. Selain itu, pada masa ini sangat disarankan untuk banyak beristirahat.
Ketika stress dan kecemasan pada trimester pertama sudah lewat, maka dimulailah perubahan emosi pada trimester kedua. Umumnya emosi yang dirasakan pada trimester kedua cenderung kurang intens dibandingkan trimester pertama. Namun, karena mulai terlihat perubahan fisik, yaitu membesarnya perut, bisa jadi ibu hamil mulai merasa “sadar diri” (self-conscious) tentang berat badannya sehingga bisa membuatnya merasa kurang percaya diri. Selain itu, bisa jadi ibu hamil semakin merasa bergantung pada pasangannya. Pada trimester ini, ibu mulai memiliki banyak kebutuhan dari biasanya dan bisa jadi khawatir, apakah pasangan selalu sedia untuk dirinya, apakah pasangan masih tertarik pada dirinya dan dapat mendukungnya selama masa hamil. Jika hal ini terjadi, baiknya ibu membicarakan secara mendalam dengan pasangan tentang kekhawatirannya dan konsep-konsep yang salah.
Masuk trimester ketiga atau akhir, ibu mulai mempersiapkan diri untuk melahirkan dan sudah membiasakan diri dengan perubahan fisik yang signifikan. Namun, bukan berarti ibu sudah bebas dari masalah psikologis, justru pada masa ini muncul kecemasan baru, yaitu kekhawatiran akan kehadiran bayi serta kekhawatiran akan proses persalinan yang akan dijalani.
Untuk mencegah munculnya kekhawatiran tersebut, baiknya ibu banyak membaca agar mendapatkan banyak informasi tentang proses melahirkan serta untuk mempersiapkan diri dalam menerima kehadiran bayi. Membaca dapat membantu calon ibu mengatasi emosinya yang tidak menentu. Atau, bercerita kepada teman yang lebih berpengalaman juga dapat membantu. Jika ibu membutuhkan informasi atau bacaan lebih lanjut mengenai proses kehamilan dan melahirkan, ibu dapat mengunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.