Wednesday, March 5, 2014

Kategori Obat Untuk Ibu Hamil

kategori obat untuk ibu hamil | obat untuk ibu hamil
Kategori obat untuk ibu hamil harus selalu diperhatikan, sebisa mungkin pilih yang berkategori A.

Soal keamanan pemberian obat untuk ibu hamil sudah menjadi perhatian berbagai pihak sejak dulu. United States Food and Drug Administration (US FDA) menggunakan 5 kategori obat (A, B, C, D, dan X) untuk keamanan itu.

Obat yang masuk ke dalam kategori A dan B berarti tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin dan aman dikonsumsi pada masa kehamilan. Hanya saja, pada keadaan tertentu dan dosis tertentu, obat tersebut dapat berubah menjadi kategori C.

Vitamin C dan asam folat (untuk perkembangan saraf janin), misal, masuk kategori A. Namun bila dosis vitamin C melebihi US RDA dan asam folat melebihi 0,8 mg per hari, akan masuk kategori C. Begitu pun dengan vitamin E dan Nystatin Vaginal Suppository (obat untuk keputihan karena jamur) yang juga kategori A, dapat masuk kategori C bila dosis-nya berlebihan. Hal sama akan terjadi pula pada obat kategori B, seperti Amoxylin (antibiotik) dan parasetamol (penurun demam).

Penggunaan obat pada kategori C masih dapat dibenarkan bila manfaatnya dipertimbangkan melebihi risiko terhadap janin. Umpama, untuk mengatasi kondisi yang membahayakan jiwa atau untuk mengobati penyakit berat karena tidak ada pilihan obat lain yang lebih aman. Obat-obatan kategori C, antara lain : Ciprofloxacin (golongan antibiotika); Furosemide (obat diuresis); dan Captopril (obat anti hipertensi).

Sementara obat kategori D sudah terbukti dapat menimbulkan dampak negatif pada janin bila diberikan kepada wanita hamil. Namun obat dalam kategori ini masih dapat diberikan bila manfaatnya lebih besar daripada risiko potensialnya. Dalam brosur produk obat, risiko ini umumnya dicantumkan dalam subjudul “Peringatan dan Perhatian”. Contoh obat-obatan kategori D, yaitu Diazepam (obat penenang), Tetracyclin dan Doxycyclin (golongan antibiotik).

Kategori terakhir, yaitu X, bila diberikan pada ibu hamil akan menimbulkan dampak negatif pada calon bayi dan risiko penggunaannya pada perempuan hamil jelas melebihi manfaat potensialnya. Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan bagi wanita hamil. Tertera dalam subjudul “Kontraindikasi”.

Berikut beberapa penyakit yang mungkin terjadi pada ibu hamil :
  1. Flu. Flu umumnya tidak berdampak negatif pada janin. Flu yang ringandapat ditangani tanpa obat-obatan, seperti : menambah jam istirahat ibu hamil atau bila hidung tersumbat, ibu bisa mengoleskan minyak penghangat di dada, perut, punggung, atau hidung.
    Flu yang disertai demam, penurunan nafsu makan, serta keringat di malam hari, migrain hebat, perlu segera dikonsultasikan pada dokter. Sekali lagi hindari minum obat bebas. Tidak semua kandungan dalam obat flu aman untuk ibu hamil dan janin. Beberapa di antaranya dapat meningkatkan risiko keguguran, gangguan pertumbuhan janin, cacat bawaan pada janin, dan cacat pada bayi.
  2. Cacar. Tidak perlu menunggu beberapa hari, segera konsultasikan kondisi ini pada dokter. Cacar dikhawatirkan memiliki dampak pada janin dan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan bergantung pada usia kehamilan saat itu. Contohnya :
    Pada usia kehamilan di bawah 20 minggu dapat terjadi komplikasi berupa : ancaman keguguran janin; bayi lahir cacat (Congenital Varicella Syndrome); terjadi kelainan pada jari, tulang, alat-alat persendian, dan buta; ukuran kepala yang lebih kecil dari ukuran normal; timbul bercak-bercak putih pada kulit atau jaringan parut.
    Pada usia kehamilan setelah 20 minggu dapat terjadi komplikasi berupa gangguan pertumbuhan janin dan keterlambatan perkembangan mental.
    Pada usia kehamilan trimester 3, komplikasi yang dapat terjadi ialah jika bayi lahir 2-4 hari setelah ibu terpapar cacar air, bayi bisa mengalami cacar air hebat yang dapat mengancam jiwanya. Dalam keadaan demikian, si bayi harus segera diimunisasi Varicella Zoster Immune Globulin (VZIG).
  3. Campak. Merupakan jenis penyakit sangat menular yang penyebarannya melalui udara dari kontak dengan orang terinfeksi. Campak pada ibu hamil yang tidak diobati dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau prematur. Jadi diwajibkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala-gejala campak seperti : demam, pilek, batuk, dan ruam (ditandai dengan bintik-bintik merah pada kulit), atau baru saja melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi dan tidak yakin jika ibu telah divaksinasi.
  4. Tifus. Demam tifoid pun sama, penyakit endemik Indonesia ini mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir prematur, atau bayi lahir kecil.
  5. TB. Hal yang sama dengan penyakit TB, selain mengurangi produktivitas pada diri ibu hamil, juga berdampak pada lingkungannya. TB pada umumnya tidak akan memperburuk kondisi janin, namun infeksi terjadi setelah bayi lahir. Oleh karena itu, segera berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan TB pada ibu hamil, karena pengobatan TB memakan waktu untuk sembuh sempurna. Setelah melahirkan, ibu dengan TB aktif sebaiknya diisolasi dari bayinya untuk mencegah kontak.
  6. Penyakit Mata. Penyakit mata tidak memiliki efek membahayakan pada kehamilan, namun kondisi ini tetap perlu di konsultasikan pada dokter, terutama mengenai obat yang aman untuk dikonsumsi. Terkadang, gangguan pada mata juga bisa berhubungan dengan preklamsia (hipertensi dalam kehamilan).
  7. Hipertensi. Ingat, kadar gula darah yang melebihi ambang batas normal (>200 mg/dl) dan tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg dapat berakibat tidak baik pada bayi dan ibu bila tidak ditangani sejak awal kehamilan. Untuk itu, segeralah berkonsultasi dengan dokter bila memiliki riwayat keluarga atau potensi mendapatkan penyakit tersebut sejak prakehamilan. Jangan mengobati sendiri, karena ada golongan obat anti hipertensi yang tidak boleh / tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil.
  8. Hipotensi. Hipotensi (darah rendah) dapat dikatakan normal terjadi pada ibu hamil jika dalam batas yang memang lazim, yaitu sekitar 10 mmHg pada awal kehamilan. Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, tekanan darah akan kembali lagi ke kisaran normal.
    Tapi perlu diketahui, apabila tekanan darah tidak kunjung meningkat dapat mengakibatkan dampak yang kurang baik pada janin. Disini menjadi alasan pentingnya pengontrolan tekanan darah dalam pemeriksaan kehamilan (antenatal care) untuk mendeteksi dini segala kelainan yang mungkin timbul pada saat kehamilan.
    Jika ibu hamil mengalami Hipotensi, bisa mengikuti tips berikut ini : istirahat yang cukup; berbaring telentang dengan kaki yang diganjal oleh bantal; mengkonsumsi zat besi bila mengalami anemia; dan bila berlanjut, segera komunikasikan dengan dokter.

 

Menjaga Kesehatan Selama Masa Kehamilan

 
kategori obat untuk ibu hamil | obat untuk ibu hamil
Menjaga lebih baik daripada mengobati. Klise kedengarannya. Namun inilah yang patut untuk dilakukan. Dengan menjaga kesehatan, ibu jadi tak mudah sakit. Cara menjaga kesehatan pada masa kehamilan sama seperti kita menjaga kesehatan pada umumnya, seperti :
  1. Menjauhi rokok dan asap rokok karena dapat mengganggu kesehatan ibu dan mempengaruhi kesehatan janin.
  2. Tidak mengkonsumsi alkohol. Alkohol bersifat larut dalam air, jadi cepat diserap oleh seluruh organ tubuh. Bagian yang terbuang hanya berkisar 5-15% saja melalui keringat, paru-paru dan urine. Alkohol yang terserap mengalir melalui aliran darah ibu hamil, masuk ke dalam saluran darah janin di rahim. Efeknya, bisa menyebabkan kelainan otak, epilepsi, dan sindrom alkohol atau Fetal Alcohol Syndrom (FAS).
  3. Batasi minum kopi satu kali sehari. Konsumsi kafein di atas 200 mg per hari dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan janin. Dalam satu cangkir kopi diperkirakan mengandung 100 mg kafein, namun bagi mereka yang menyukai kopi kental, bisa saja kandungan kafeinnya lebih tinggi untuk tiap cangkirnya.
  4. Konsumsi makanan sehat dan bergizi dengan komposisi seimbang. Dengan gizi seimbang, kebutuhan nutrisi ibu dan janin bisa terpenuhi.
  5. Waktu tidur yang cukup. Ibu hamil yang waktu tidur malamnya kurang dari enam jam saat hamil muda, tekanan darah sistolik pada trimester terakhir hampir 4 mm/Hg lebih tinggi daripada ibu hamil yang tidur selama sembilan jam di waktu malam. Sementara ibu hamil yang waktu tidur malamnyakurang dari 5 jam, akan meningkatkan risiko 9 kali lipat mengalami preeklamsia.
  6. Menjaga kebersihan pribadi, terutama organ kewanitaan. Saluran uretra pada wanita pendek, ditambah dengan muara yang relatif terbuka serta sangat berdekatan dengan alat kelamin dan anus yang banyak mengandung kuman, menyebabkan potensi atau peluang kuman masuk ke dalam saluran kemih menjadi sangat besar.
  7. Olahraga yang cukup. Olahraga meningkatkan stamina sehingga secara tidak langsung turut pula menjaga kesehatan bayi yang akan dilahirkan. Dengan cukup berolahraga, ibu juga akan mendapatkan manfaat berupa :
    Meningkatkan keberhasilan persalinan normal. Ini terkait dengan meningkatnya kebugaran (jantung dan paru) serta ketahanan fisik.
    Mampu mengejan lebih lama tanpa kelelahan pada saat proses melahirkan.
    Mempercepat kembali ke bentuk badan semula setelah persalinan.

 

 

Bagaimana Ibu Hamil Harus Bersikap Jika Sudah Telanjur Sakit?

 
kategori obat untuk ibu hamil | obat untuk ibu hamil
Jadi, apakah ibu hamil dapat minum obat dengan berpatokan pada kategori tersebut? Ibu hamil dapat menganggap 5 kategori ini sebagai pengetahuan dan bekal dalam mendiskusikan suatu obat pada dokter. Obat mana yang paling aman untuk ibu dan yang tidak membahayakan si calon bayi, dokterlah yang sepenuhnya memahami.

Konsultasikan obat yang sedang / akan ibu konsumsi pada dokter. Jika ibu memiliki riwayat penyakit tertentu seperti diabetes, darah tinggi, jantung dan sebagainya, dan telah rutin minum suatu obat sejak sebelum hamil, tanyakan tentang keamanan obat tersebut pada masa kehamilan. Begitu pula obat untuk penyakit musiman, seperti flu, diare, batuk, dan lainnya. Meski banyak obat bebas yang dijual untuk itu, hindari membelinya tanpa berkonsultasi pada dokter kandungan.

Perlu diketahui, sebagian besar obat dapat melewati plasenta sampai pada sirkulasi darah janin sehingga kadarnya dalam sirkulasi janin hampir sama dengan kadar dalam darah ibu. Dalam beberapa situasi, ini dapat membahayakan janin, misal konsumsi obat di awal kehamilan. Masa tiga bulan pertama kehamilan adalah masa pertumbuhan dan perkembangan sistem organ tubuh janin. Masa ini adalah waktu rentan terjadinya kecacatan, abortus spontan (keguguran), gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.

Untuk itu sekali lagi, selalu berkonsultasilah pada dokter kebidanan dan kandungan perihal obat-obatan yang akan dikonsumsi selama masa kehamilan.

Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai masalah seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.