Monday, March 28, 2016

Mengejan Yang Baik Saat Melahirkan

cara mengejan saat melahirkan, cara mengejan yang benar saat melahirkan, mengejan, cara mengejan yang benar, mengejan saat melahirkan, cara mengejan, teknik mengejan saat melahirkan, cara mengejan yang baik saat melahirkan, cara mengejan yang baik, cara mengejan saat persalinan, mengejan yang baik saat melahirkan, cara mengejan saat melahirkan normal, cara mengejan yang benar saat persalinan, mengejan melahirkan, mengejan yang benar saat melahirkan, cara mengejan waktu melahirkan, latihan mengejan, cara mengejan melahirkan, mengejan saat persalinan, cara mengejan melahirkan normal, cara mengejan ketika melahirkan
Pada saat proses kelahiran secara normal, maka akan selalu disertai dengan proses mengejan. Siapkan fisik dan mental Ibu. Ketahuilah cara mengejan yang baik saat melahirkan.

Persalinan harus disiapkan dengan matang sehingga proses yang dijalani berlangsung lancar. Walau Ibu jauh-jauh hari sudah menyiapkan fisik dan mental agar prima, tetap saja muncul rasa cemas menghadapi persalinan. Ini adalah hal yang wajar.

Apalagi jika ini adalah kelahiran yang pertama, berbagai kekhawatiran bisa saja muncul. Umumnya, karena Ibu merasa tidak yakin, dari tidak yakin bisa menahan sakit, bisa berhasil melahirkan normal, hingga kondisi si kecil, apakah sehat dan normal, dan lain-lain. Sekali lagi, ini adalah hal yang sangat wajar sekali.

Hanya saja, kekhawatirannya jangan berlebihan. Khawatir berlebihan menyebabkan otot-otot tubuh dan seluruh saraf menjadi tegang. Ujung-ujungnya, mental yang sejak awal telah disiapkan menjadi kendur. Alhasil, ini akan mempengaruhi proses persalinan, terutama ketika mengejan. Pasalnya, kekuatan Ibu untuk mengejan akan mendukung kelancaran proses bersalin.


Mendukung Kontraksi Rahim


Mengejan saat melahirkan adalah bagian dari proses persalinan dimana Ibu berusaha untuk mengeluarkan bagian terbawah dari janin, bisa kepala atau bokong bila posisi sungsang. Caranya, dengan melakukan tekanan di perut bagian bawah atau dasar panggul seperti hendak buang air besar. Mengejan akan membantu otot rahim mendorong janin menuju jalan lahir. Jadi, mengejan itu mendukung kontraksi rahim untuk proses melahirkan sang jabang bayi dari dalam rahim Ibu.

Mengejan merupakan tahap akhir dalam persalinan sebelum Ibu bertemu dengan sang jabang bayi. Ini mungkin periode persalinan yang menyakitkan dan sumber ketakutan serta kekhawatiran. Maka yang penting juga diperhatikan, Ibu perlu mengerti cara mengejan yang benar sehingga terhindar dari efek samping atau komplikasi dari mengejan itu sendiri.

Ya, kemampuan Ibu untuk mengejan dengan benar akan menentukan keadaan bayi yang dilahirkan. Bila seluruh keadaan bayi dan kondisi jalan lahir Ibu memenuhi syarat untuk dilangsungkan proses persalinan normal, tetapi Ibu tidak sanggup mengejan dengan baik, bayi akan terlalu lama berada di jalan lahir (dasar panggul). Kondisi ini membuat bayi dalam kandungan tidak aman. Efeknya saat lahir, kondisi bayi lemah atau bahkan mengalami gangguan pernapasan, tidak bisa menangis, dan bayi tampak tidak bugar.



Saat Tepat Mengejan Saat Melahirkan


Lalu kapan waktu yang tepat untuk mengejan saat melahirkan? Proses mengejan dilakukan saat tenaga medis sudah memeriksa Ibu dan mengatakan pembukaan lengkap (untuk dapat memenuhi syarat bisa dilalui bayi, pembukaan jalan lahir harus 10 cm), serta bagian terbawah janin sudah di dasar panggul. Saat itulah Ibu akan diinstruksikan untuk mengejan.

Jika belum ada bimbingan untuk mengejan dari bidan ataupun dokter, mohon jangan mengejan dahulu, ya. Pasalnya mengejan yang dilakukan sebelum diintruksikan atau sebelum pembukaan 10, akan membuat Ibu kelelahan. Alhasil, Ibu tidak dapat mengejan dengan baik ketika tiba saatnya harus mengejan. Bahkan, mengejan dapat menimbulkan pembengkakan / edema pada mulut rahim jika dilakukan ketika pembukaan belum lengkap.

Jadi, bila terasa ada dorongan untuk mengejan, tetapi pembukaan jalan lahir belum memenuhi syarat untuk mengejan, sebisa mungkin kurangi refleks mengejan tersebut. Caranya dengan melatih relaksasi otot-otot tubuh dengan menarik napas panjang melalui hidung dan menghembuskannya perlahan-lahan melalui mulut. Hal ini juga akan membantu mengalihkan perhatian terhadap rasa nyeri.

Selanjutnya, bila pembukaan sudah lengkap dan dokter pun sudah menginstruksikan untuk mengejan, barulah Ibu boleh mengejan.


Syarat-Syarat Kesiapan Mengejan Saat Melahirkan


Berikut ini adalah beberapa syarat kesiapan Ibu hamil untuk mengejan saat melahirkan :
  • Pastikan pembukaan lengkap dan janin sudah di dasar panggul.
  • Pastikan Ibu sudah mendapatkan kalori yang cukup agar kuat mengejan.
  • Ruangan yang nyaman (privasi terjaga).
  • Persalinan ditemani suami atau orang terdekat Ibu untuk memberikan semangat.


Cara Mengejan Yang Benar Saat Melahirkan


Setiap Ibu hamil yang akan menghadapi persalinan secara normal, perlu mengetahui cara mengejan yang benar saat melahirkan :
  • Persiapkan posisi yang benar, yaitu setengah duduk. Posisi ini membantu Ibu lebih nyaman sehingga dapat mengejan dengan baik.
  • Saat kontraksi mencapai puncaknya, Tarik kaki sejauh mungkin ke arah dada dengan posisi siku berada di lipat paha.
  • Mulailah mengejan saat diperintahkan oleh dokter/tenaga medis.
  • Buka mata Ibu, lihat ke arah perut.
  • Tarik napas dalam, lalu tahan sambil mengatupkan gigi, tetapi mulut sedikit terbuka.
  • Mengejanlah sekuat tenaga dan sepanjang mungkin (jangan pendek-pendek).
  • Saat kontraksi hilang, Ibu dapat beristirahat dengan mengkonsumsi minuman manis agar tetap terhidrasi dan mendapatkan kalori untuk mengejan.
  • Hindari berteriak karena hanya akan membuang energi yang ada dan Ibu pun jadi kelelahan.


Apa yang Akan Terjadi Jika Salah Mengejan?


Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat terjadi jika terjadi kesalahan ketika proses mengejan :
  • Risiko tersering adalah pembengkakan pada mulut rahim atau portio yang dapat menyebabkan jalan lahir tertutup.
  • Tekanan pada otot mata yang terlalu kuat. Jika mata tertutup pada saat mengejan, dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah, sehingga mata menjadi merah dalam beberapa hari setelah melahirkan.
  • Tekanan di leher, bukan di otot dasar panggul, dapat menyebabkan nyeri di sekitar leher.
  • Mengangkat bokong saat mengejan dapat menyebabkan robekan jalan lahir yang luas hingga mencapai anus.

Namun janganlah khawatir, bila Ibu mendengarkan instruksi tim medis, risiko-risiko ini dapat diminimalisir serendah mungkin.


Bila Tidak Kuat Mengejan


Ada beberapa faktor yang menyebabkan Ibu tidak kuat mengejan, di antaranya :
  • Usia Ibu lebih dari 35 tahun.
  • Keadaan kesehatan Ibu kurang optimal, misalnya kurang gizi selama hamil.
  • Ibu melahirkan dengan jarak terlalu dekat.
  • Ketakutan dan trauma mental ketika proses persalinan sebelumnya sehingga pada saat mengejan, tiba-tiba Ibu panik.
  • Ibu merasa kelelahan selama melalui tahap demi tahap proses persalinan.


Monday, March 21, 2016

Cara Mengatasi Nyeri Pada Tulang Panggul Pada Saat Hamil

nyeri panggul saat hamil, nyeri panggul pada ibu hamil, nyeri tulang panggul ibu hamil, nyeri tulang panggul pada ibu hamil, nyeri tulang panggul saat hamil, penyebab nyeri panggul pada ibu hamil, penyebab nyeri panggul pada wanita hamil, penyebab nyeri panggul saat hamil, cara mengatasi nyeri panggul pada ibu hamil, cara menghilangkan nyeri panggul saat hamil, mengatasi nyeri panggul pada ibu hamil, mengatasi nyeri panggul pada saat hamil, mengatasi nyeri panggul saat hamil, nyeri di panggul saat hamil, nyeri di tulang panggul saat hamil, nyeri pada panggul saat hamil, nyeri pada tulang panggul saat hamil, nyeri panggul ketika hamil
Rasa nyeri tulang panggul saat hamil memang bisa mengganggu aktivitas Ibu hamil sehari-hari. Namun, jangan khawatir, bisa diatasi, kok.

Ada yang menyebutnya nyeri pelvis atau dikenal pula dengan Symphisis Pubis Disfunction (SPD). Belakangan malah sering disebut sebagai Pain Girdle Pelvis (PGP). Yang jelas, baik SPD maupun PGP adalah sebutan untuk nyeri panggul. Jadi, keduanya sama, tidak ada perbedaan.

Umumnya, keluhan nyeri panggul saat hamil ditemukan pada 50-80% Ibu hamil. Kendati demikian, nyeri panggul bisa pula dialami oleh perempuan yang tidak hamil, bahkan juga kaum laki-laki yang umumnya disebabkan oleh cidera atau trauma.

Untuk nyeri panggul yang terjadi pada masa kehamilan, begini penjelasannya. Saat hamil, tubuh Ibu memproduksi hormon relaksin. Gunanya untuk melenturkan ligamen (jaringan antar sendi) sehingga nantinya mempermudah proses kelahiran bayi. Sayangnya, bagi Ibu hamil itu malah membuat pergerakan antar sendinya menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan sendi inilah yang menimbulkan keluhan nyeri.

Penyebab nyeri tulang panggul pada ibu hamil lainnya, yaitu berat badan yang meningkat saat kehamilan, peregangan dinding rahim akibat janin yang membesar dan posisinya dalam rahim; pengaruh dari bentuk rahim Ibu; perubahan pada bentuk atau proporsi tubuh akibat kehamilan; pengaruh bentuk tulang panggul atau postur tubuh Ibu; tekanan pada jaringan saraf di dasar panggul; tekanan pada pembuluh darah di dasar panggul; tekanan pada tulang pubis, dan kontraksi palsu hingga kontraksi prematur.


Variasi Keluhan Nyeri Panggul Saat Hamil


Nyeri panggul saat hamil biasanya mulai dirasakan saat rahim membesar dan keluar dari rongga panggul, sekitar usia kehamilan 16-18 minggu atau trimester kedua. Namun, keluhannya tidak spesifik, karena dirasakan di beberapa wilayah dan kadang melibatkan organ lain di luar pangggul, seperti bokong, selangkangan, perut bagian bawah hingga pangkal paha.

Umumnya, nyeri yang dirasakan berbeda-beda pada setiap Ibu hamil. Sebagian hanya merasakan seperti berdenyut tidak nyaman di selangkangan, sebagian lagi mengalami sakit parah hingga sulit berjalan. Demikian pula dengan frekuensi nyeri, ada yang berlangsung terus menerus, bahkan beberapa bisa memburuk pada saat menjelang persalinan. Meski begitu, nyeri pelvis bukan merupakan indikasi sesar, selama Ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

Inilah beragam keluhan atau gejala yang dialami dan dirasakan :
  • Sakit di wilayah kelamin, meski hanya disentuh.
  • Sakit pada bagian tulang ekor.
  • Sakit atau nyeri saat berguling ketika beralih posisi dari miring kiri ke kanan di tempat tidur.
  • Sakit ketika naik turun tangga, masuk dan keluar dari mobil, duduk atau berdiri, mengenakan pakaian, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri di satu kaki, dan lain-lain.
  • Nyeri di bokong turun ke kaki.
  • Kesulitan berjalan, terutama setelah bangun tidur.
  • Disfungsi kandung kemih (inkontinensia sementara pada saat perubahan posisi).
  • Nyeri lutut atau nyeri di bagian lain terkadang juga dapat menjadi efek samping masalah panggul.
  • Sesak di punggung bagian atas dan bertambah sakit ketika berjalan, naik atau turun tangga, atau bergerak di pembaringan.
  • Sakit kala bangun dari tidur untuk pergi ke toilet di tengah malam.


Pertolongan Atasi Nyeri Panggul Saat Hamil


Cobalah beberapa cara berikut ini untuk mengatasi nyeri panggul saat hamil :
  • Kompres bagian yang nyeri dengan air hangat atau air dingin.
  • Melakukan terapi akupunktur dan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) untuk merangsang keluarnya hormon penghilang rasa sakit yang diproduksi secara alami oleh tubuh akibat rangsangan listrik.
  • Kenakan celana apa pun dalam posisi duduk, bukan berdiri.
  • Lakukan senam kegel atau yoga untuk memperkuat otot dasar panggul.
  • Gunakan sabuk penyokong panggul khusus Ibu hamil.
  • Lakukan olahraga dalam air, namun hindari gaya dada saat berenang. Sesekali berendamlah di air.
  • Lakukan senam hamil untuk meredakan ketegangan otot. Cara ini ampuh mengurangi nyeri pinggang. Lakukan minimal 15 menit setiap harinya.
  • Mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang direkomendasikan dokter kandungan.


Persalinan Normal


Sering kali nyeri tulang panggul saat hamil membuat Ibu hamil berada dalam kesulitan saat memposisikan diri menghadapi persalinan. Itu sebabnya, masuk usia kehamilan 36 minggu, dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan pelvis untuk menentukan kemungkinan bisa tidaknya Ibu melahirkan secara normal.

Jika memang bisa melahirkan secara normal, maka posisi umum bersalin (litotomi) dapat diganti dengan posisi lain, seperti : miring ke kiri, jongkok, ataupun menungging. Pasalnya, Ibu hamil yang menderita nyeri panggul, umumnya tidak dapat membuka bagian paha lebar-lebar karena nyeri. Tentunya dibutuhkan penolong persalinan yang lebih berpengalaman.

Bila perlu dilakukan induksi, boleh saja, karena tidak ada perbedaan dengan yang normal. Namun, penggunaan forsep/vakum harus dilakukan oleh penolong yang terampil dengan Ibu hamil berada pada posisi miring.


Pencegahan Nyeri di Panggul Saat Hamil


Usai melahirkan, umumnya rasa nyeri itu akan hilang sendiri seiring dengan normalnya komposisi hormon dalam tubuh Ibu. Setidaknya 6 bulan setelah bersalin. Nah, karena adanya faktor hormonal ini, maka gejala atau gangguan yang sama bisa saja terulang bila Ibu kembali hamil.

Namun, jangan khawatir, karena sebenarnya Ibu dapat terhindar dari rasa nyeri panggul saat hamil dengan cara :
  • Istirahat cukup.
  • Tidak mengangkut atau mendorong beban berat.
  • Bekerja sama dengan ahli fisioterapi untuk melakukan latihan penguatan otot yang menyangga panggul serta sikap tubuh sehari-hari.
  • Kala menaiki tangga, lakukan satu demi satu langkah pada satu waktu.
  • Tidur dengan disangga. Cobalah tempatkan selimut di bawah panggul Ibu.
  • Ketika berjalan, postur tubuh tidak membungkuk. Tarik bahu ke belakang.
  • Tidur dengan posisi miring dengan tambahan bantal di antara lutut kaki yang ditekuk. Posisi ini mengurangi tekanan pada tulang belakang.
Semoga dengan langkah-langkah tersebut, Ibu dapat terhindar dari rasa nyeri di panggul saat hamil.

Monday, March 14, 2016

Cara Mengatasi Air Liur Berlebihan Pada Saat Hamil

cara mengatasi air liur berlebihan pada saat hamil, air liur berlebih saat hamil, cara mengurangi air liur saat hamil, mengatasi air liur berlebih saat hamil, air liur banyak ketika hamil, air liur banyak saat hamil, air liur banyak semasa hamil, air liur berlebih tanda hamil, air liur berlebihan pada ibu hamil
Pada saat hamil, seorang Ibu hamil biasanya mengeluarkan air liur terus menerus. Sungguh tak nyaman, ya bu. Namun, jangan khawatir. Nanti juga akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Selain itu juga terdapat cara mengatasi air liur berlebihan pada saat hamil.

Ya, di trimester awal kehamilan ini, bisa terjadi produksi air liur lebih banyak dari biasanya. Air liur berlebihan biasanya dialami pada trimester pertama kehamilan atau bisa juga saat memasuki trimester kedua. Setiap orang dewasa, normalnya memproduksi air liur sebanyak setengah sampai satu liter dalam sehari. Cukup banyak memang, tetapi kita tidak akan merasakan produksi yang sebanyak itu, karena akan langsung tertelan.

Nah, saat hamil, pada sebagian perempuan, produksi air liur ini bisa melebihi dari jumlah normal. Istilanya ptyalism atau slalorrhea. Wajar, kok, meski hingga kini para ahli baru sebatas menduga-duga penyebabnya.

Pertama, diduga perubahan komposisi hormon akibat kehamilanlah penyebabnya. Meningkatnya hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh menstimulasi kelenjar yang memproduksi air liur sehingga menyebabkan air liur berlebihan pada ibu hamil.

Kedua, akibat datangnya rasa mual dan ingin muntah di pagi hari (morning sickness). Ketika muncul rasa mual dan muntah, tubuh akan merespon dengan mengeluarkan air liur berlebih, sehingga Ibu jadi lebih sering meludah. Inilah yang menjadi penyebab air liur keluar berlebihan.

Ketiga, rasa tidak nyaman atau sakit yang berlebihan pada ulu hati yang dikenal merupakan gejala heartburn, juga dapat menjadi pencetus air liur banyak ketika hamil. Akibat adanya rasa sakit di ulu hati, mendorong cairan pada lambung yang bersifat asam menjadi naik. Sensor asam pada lambung ini dapat memicu munculnya air liur berlebih.

Air liur sendiri berfungsi untuk membasahi dinding pada kerongkongan yang dapat membantu dalam menetralisir rasa asam di lambung. Fungsi penting lainnya adalah menghasilkan enzim-enzim tertentu yang dapat membantu pencernaan, selain juga mengandung protein dengan antivirus, anti jamur, dan antibakteri yang dapat membantu dan melindungi gigi serta mulut.

Cara Mengatasi Air Liur Berlebihan Pada Saat Hamil


Tidak ada terapi khusus secara medis yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan air liur berlebih ini. Umumnya, air liur yang berlebihan akan berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan Ibu. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat air liur yang terlalu banyak di rongga mulut, ada beberapa cara mengatasi air liur berlebihan pada saat hamil yang dapat dilakukan :
  • Bersihkan rongga mulut secara rutin, pagi, siang dan sore. Utamanya sehabis makan, sikat gigi Ibu secara teratur dengan menggunakan pasta gigi rasa mint karena menyegarkan. Atau, sedikitnya kumur-kumur dengan air putih. Boleh juga menggunakan obat kumur yang aman untuk Ibu hamil, salah satunya obat kumur dari bahan-bahan herbal. Kondisi mulut yang kurang bersih menjadi salah satu penyebab munculnya rasa mual yang dapat memicu produksi air liur berlebihan pada Ibu hamil.
  • Hentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat meningkatkan kadar air liur dalam mulut, selain juga akan membahayakan kesehatan janin dalam kandungan Ibu. Jadi, setop merokok ya, bu!
  • Bahaya kekurangan minum. Minumlah sedikitnya 10 gelas sehari. Air minum menjadikan wilayah rongga mulut tidak kering. Pasalnya, kondisi kering di rongga mulut akan merangsang munculnya air liur. Selain itu, minum dapat mengatasi terjadinya dehidrasi akibat terlalu sering meludah. Bila perlu, variasikan dengan jenis minuman lain, seperti jus buah.
  • Mengunyah permen karet. Mengunyah permen karet rasa mint tanpa gula dapat mengatasi rasa mual dan mencegah produksi air liur berlebih. Gula yang berlebih sangat tidak baik, selain juga bisa menyebabkan rasa mual. Hindari pemen yang memiliki rasa asam karena malah merangsang air liur.
  • Mengisap jeruk lemon. Jeruk memiliki aroma segar sehingga dapat mengurangi rasa mual yang menjadi pemicu air liur berlebih. Atau, gunakan minyak esensial beraroma jeruk, teteskan pada tisu atau sapu tangan dan hirup aromanya.
  • Mengisap keping es atau berkumur dengan air dingin. Rasa dingin dapat mengurangi produksi air liur di mulut, selain juga memberikan rasa nyaman di rongga mulut.
Semoga dengan cara-cara di atas, air liur berlebihan pada ibu hamil bukan merupakan masalah lagi ya.


Monday, March 7, 2016

Hubungan Antara Proses Induksi Dalam Persalinan Dengan Resiko Autisme Pada Bayi

induksi persalinan, syarat induksi persalinan, persalinan induksi, persalinan dengan induksi, pengertian induksi persalinan, induksi dalam persalinan, induksi pada persalinan, induksi saat persalinan, definisi induksi persalinan
Tahun lalu, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Duke University of Durham melaporkan, bayi yang lahir dengan persalinan induksi mengalami peningkatan risiko autisme.

Menurut Simon Gregory, sang peneliti, 27% lebih anak-anak yang lahir dari Ibu dengan proses persalinan induksi, augmentasi, atau keduanya, berisiko terkena autisme. Penelitian tersebut menggunakan data kelahiran lebih dari 600 ribu anak yang lahir pada 1990-1998 di North Carolina, termasuk 5 ribu data anak yang didiagnosis autisme.

Induksi merupakan prosedur medis yang menghadirkan kontraksi rahim sebelum rahim menunjukkan tanda-tanda kelahiran atau sebelum terjadinya kontraksi. Sedangkan augmentasi adalah prosedur yang mempercepat proses persalinan dimana rahim sudah mengalami kontraksi terlebih dahulu namun berjalan lambat.

Dari penelitian tersebut terungkap, paparan hormon oksitosin yang digunakan dalam induksi persalinan dapat mempengaruhi sistem saraf bayi, yang mungkin saja berpengaruh dalam peningkatan risiko autisme. Terlebih ditambah dengan kondisi kesehatan Ibu yang bisa memperbesar risiko tersebut, seperti : usia, diabetes selama kehamilan, dan kelahiran prematur.

Coba, Ibu hamil mana yang tidak ciut hatinya mengetahui hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics pada 2014 itu?


Tidak Terbukti


Tenang saja, sudah ada studi terbaru yang menjelaskan bahwa induksi tidak meningkatkan risiko autisme pada anak. Studi terbaru tersebut dideklarasikan dalam konferensi tahunan Society for Maternal-Fetal Medicine pada 5 Februari 2015 di San Diego. Peneliti mengungkapkan bahwa proses induksi tidak berkaitan dengan peningkatan gangguan autisme pada anak.

Para peneliti yang merupakan dokter serta psikolog dari University of Utah tersebut menggunakan dan menganalisis data anak-anak kelahiran 1998-2006. Setelah membandingkan 2500 anak dengan gangguan autisme dan 166 ribu anak tanpa autisme, ditemukan bahwa anak-anak yang terkena induksi persalinan, augmentasi, atau keduanya, tidak mengalami peluang peningkatan autisme, baik pada anak laki-laki maupun perempuan.

Bahkan, peneliti telah menyesuaikan dengan faktor-faktor penting lain, seperti : kesehatan sang Ibu, status ekonomi keluarga, kondisi selama kehamilan, serta tahun kelahiran. Dengan demikian, studi terbaru berjudul “Autism Spectrum Disorder and Induced/Augmented Labor : Epidemiologic Analysis of a Utah Cohort” ini dianggap lebih valid dan relevan.

“Induksi persalinan merupakan strategi penting untuk meminimalkan risiko bagi Ibu dan bayi dalam beberapa situasi,” kata Erin AS Clrak, MD, penulis utama penelitian di University of Utah.

Tak dapat dipungkiri, pembahasan tentang autisme memang telah lama bergejolak di Amerika. Pasalnya, satu diantara 68 anak di sana mengalami gangguan autisme, sehingga cukup banyak peneliti yang mencoba mencari faktor-faktor yang memiliki kaitan dengan kondisi tersebut.

Jadi kesimpulannya, amankah  proses induksi tersebut?


Sesuai Indikasi


Seperti sudah dijelaskan di atas, induksi merupakan sebuah proses untuk merangsang kontraksi rahim dengan tujuan mempercepat proses kelahiran. Hal ini berarti, tak semua proses kelahiran membutuhkan induksi, kecuali bila Ibu dan atau buah hati berisiko mengalami komplikasi kesehatan jika bayi tak dilahirkan segera.

Salah satu kasus paling umum yang biasanya memerlukan induksi ialah saat Ibu belum juga merasakan kontraksi atau tanda-tanda persalinan, padahal usia kandungan sudah melewati HPL (hari perkiraan lahir) atau telah memasuki usia 41-42 minggu. Di usia tersebut, kualitas plasenta sudah sangat menurun, jumlah air ketuban juga semakin sedikit, sehingga bila bayi tak dilahirkan segera, ditakutkan akan mengurangi kesejahteraan bayi.

Induksi juga dilakukan apabila ketuban sudah pecah. Bila tak ada infeksi, bayi harus dilahirkan dalam waktu 12 jam atau 24 jam pasca ketuban pecah. Pasalnya, air ketuban yang pecah menandakan bayi sudah kehilangan “rumah” yang menjaganya dari berbagai macam bahaya, sehingga membuatnya terhubung langsung dengan dunia luar yang penuh bakteri, kuman, ataupun virus. Kondisi ini membuat bayi berisiko tinggi terkena infeksi atau komplikasi kesehatan lain bila tidak segera dilahirkan.

Induksi lainnya yang mengharuskan Ibu hamil mendapatkan induksi, yaitu : Ibu hamil mengalami penyakit preeklamsia, diabetes, lepasnya plasenta dari dinding rahim, serta kondisi lainnya yang membuat bayi perlu dilahirkan segera.

Nah, sudah jelas bukan, bila dilakukan sesuai indikasi, maka proses induksi terbilang aman.


Berakhir Dengan Sesar?


Tapi, kabarnya, kalau dilakukan induksi, ujung-ujungnya akan disesar juga?

Tidak selalu berakhir dengan sesar, kok. Selama Ibu hamil dan bayi dalam kandungan masih dalam kondisi sehat, induksi bisa terus dilakukan hingga bayi siap untuk dilahirkan secara normal.

Selama proses induksi, kesehatan bayi  memang bisa saja mengalami penurunan, walaupun jarang terjadi. Ada kemungkinan kontraksi buatan yang dihasilkan selama induksi menimbulkan rasa tak nyaman pada janin sehingga menyebabkannya stres. Bila tidak segera ditangani, janin bisa masuk dalam kondisi gawat, seperti kekurangan oksigen atau detak jantungnya melemah. Untuk menghindari hal tersebut, dokter akan terus memantau hasil CTG guna menentukan, apakah janin masih dalam kondisi baik atau tidak untuk dilanjutkannya proses induksi. Dengan demikian, bila jalan lahir tak membuka, padahal kesejahteraan bayi mulai menurun, bukan tak mungkin indksi akan berakhir pada operasi sesar.

Selain komplikasi kesehatan, faktor kesiapan Ibu hamil juga ikut menentukan berhasil atau tidaknya proses induksi untuk mencapai pembukaan lengkap. Pasalnya, induksi ditujukan untuk menciptakan rasa mulas dengan frekuensi yang dinaikkan secara bertahap, sehingga bukan tak mungkin Ibu akan tak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan. Itulah mengapa, tak sedikit Ibu hamil  yang berpendapat, mulas pada saat induksi lebih sakit daripada mulas pembukaan biasa. Apalagi, kontraksi memang “dibuat” lebih cepat ketimbang kontraksi yang terjadi secara alami. Nah, apakah Ibu mampu bertahan dengan rasa sakit tersebut? Jika Ibu merasa benar-benar tak kuat, biasanya induksi akan dihentikan dan dilakukan operasi sesar. Itu sebab, induksi perlu pengawasan yang ketat dari dokter.

Jadi, bukan berarti, kalau dilakukan proses induksi dalam persalinan, maka akan selalu diakhiri dengan operasi sesar. Selain itu, agar induksi berjalan lancar, sebaiknya Ibu juga memastikan semua tahapan yang harus dilalui dapat berjalan dengan semestinya. Apa saja tahapannya? Lihat video dibawah ini! Namun, perlu dipahami, tidak semua Ibu hamil yang pernah diinduksi akan melewati tahapan induksi yang sama, jenis dan waktu induksi bergantung pada kondisi Ibu maupun janin.