Tuesday, March 25, 2014

Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

perubahan psikologis pada ibu hamil
Perubahan psikologis pada ibu hamil pasti terjadi selama masa kehamilan. Tanpa sebab yang jelas , tiba-tiba saja ibu hamil merasa sangat sedih bahkan sampai menangis. Di waktu yang lain, ibu malah merasa gembira sekali sampai tak henti tersenyum. Ada apa, ya? Begitulah, kalau sedang hamil. Penyebabnya apa? Apalagi kalau bukan perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan.

Sebenarnya kondisi biologis setiap orang, khususnya kondisi hormon pada tubuh, memberikan pengaruh pada kondisi psikologis seseorang. Dengan demikian bisa dikatakan, kondisi ini tidak hanya terjadi pada ibu hamil, tetapi juga dapat dialami oleh semua orang. Itulah mengapa, jika terjadi perubahan hormon dalam tubuh, seperti pada ibu hamil, dapat menimbulkan perubahan kondisi psikologis pada orang tersebut yang mengakibatkan pula adanya perubahan perilaku.

Khusus pada ibu hamil, perubahan psikologis juga dapat terjadi karena ada perubahan pada fisiknya, baik yang terlihat langsung maupun yang tidak langsung. Contoh : perut yang membesar, kebutuhan asupan gizi yang meningkat sehingga sering merasa lapar, meningkatnya sensivitas pancaindra untuk melindungi janin sehingga ibu mudah merasa tidak nyaman pada hal-hal tertentu, atau adanya keterbatasan untuk bergerak. Perubahan-perubahan tersebut membuat ibu tidak bisa menjalani kehidupannya sama seperti ketika tidak hamil.

Adanya perubahan fisik membuat ibu harus menyesuaikan diri kembali dengan kondisi-kondisi yang baru dan berbeda tersebut. Proses adaptasi psikologis pada ibu hamil tersebut tidak sama pada setiap orang. Ada orang yang dapat menerima perubahan diri tersebut dengan baik, tetapi ada juga yang menolak, bahkan tidak menerima kondisi yang dialaminya. Proses penyesuaian diri inilah yang dapat berkontribusi terhadap berbagai hal yang mempengaruhi kondisi psikologis ibu hamil.

 

 

 

Aneka Bentuk Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

 


psikologi ibu hamil
Ada berbagai perubahan psikologis yang kerap muncul di masa kehamilan, di antaranya dalam bentuk kerap mimpi buruk, sebal dengan suami, pemarah dan ngidam aneh-aneh.
  1. Kerap Mimpi Buruk. Saat hamil, seringkali ibu menjadi lebih rapuh karena ibu merasakan berbagai kekhawatiran dan ketakutan. Misalnya, aktivitas sehari-hari yang dilakukan dan dikhawatirkan dapat membahayakan janin. Rasa khawatir tersebut sampai terbawa tidur dalam bentuk mimpi. Jadi, mimpi yang muncul saat tidur, bukan tak mungkin merupakan representasi dari kekhawatiran dan ketakutan tersebut, atau bahkan muncul sebagai mimpi buruk. Memimpikan ketakutan tersebut adalah hal yang wajar dan bisa digunakan untuk mempersiapkan diri pada kehidupan nyata. Hanya saja, ibu harus yakinkan diri bahwa hal tersebut bukan kenyataan yang pasti akan terjadi ketika bayi lahir. Penyebab lainnya, ketidakpastian tentang peran barus sebagai ibu bisa jadi memunculkan mimpi tentang ketidakmampuannya dalam merawat anak. Tak hanya itu, ibu juga seringkali bermimpi bahwa ia terjebak. Hal ini bisa merepresentasikan ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan, apakah bayinya nanti akan mempengaruhi kehidupannya sehari-hari kelak. Memimpikan tentang jenis kelamin bayi, bisa jadi merupakan preferensi ibu terhadap jenis kelamin anak yang diinginkan.
    Seburuk apapun mimpi yang dialami ibu hamil, yang perlu diingat adalah hal tersebut wajar adanya dan bisa dibilang normal. Untuk mengatasi, sebaiknya ibu menceritakan rasa khawatir atau takutnya kepada pasangan atau teman. Dengan bercerita dapat mengurangi kekhawatiran ibu.
  2. Sebal Pada Suami. Kondisi ini tidak selalu muncul pada semua ibu hamil. Namun, jika ibu mengalami perubahan perasaan terhadap suami, besar kemungkinan karena terjadinya perubahan emosi yang ekstrem dan bergejolak dalam diri ibu. Ketika hamil, ibu bisa jadi lebih bergantung pada suami dan mengkhawatirkan keberadaan serta kesigapan suami dalam membantu ibu melewati masa-masa kehamilannya. Di tambah lagi dengan rasa kurang percaya diri ibu karena perubahan fisik yang dialami, sehingga muncul keraguan apakah suami masih tertarik padanya. Implementasi dari perubahan dan gejolak emosi ini bisa beragam, salah satunya muncul sebagai reaksi mekanisme pertahanan diri dan justru bersikap negatif terhadap suami. Untuk mengatasinya, ibu hendaknya menumbuhkan rasa percaya kepada pasangannya. Lakukan dialog dengan pasangan sehingga mengetahui sikap pasangan terhadap dirinya. Tumbuhkan keyakinan dapat menciptakan hubungan yang sehat dengan pasangan.
  3. Pemarah. Munculnya sifat pemarah karena ibu merasakan ketidakpastian akan masa depan, keraguan akan kemampuannya dalam menjadi seorang ibu kelak, serta menurunnya rasa percaya diri. Semuanya itu dapat membuat ibu menjadi lebih sensitif terhadap hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. Ditambah lagi dengan segala ketakutan dan kekhawatiran, baik tentang kehamilannya maupun janin yang dikandung dan masa depannya, bisa jadi membuat ibu hamil lebih sensitif perasaannya sehingga mudah tersinggung.
    Untuk mengatasinya, cobalah banyak bercerita tentang masalah-masalah yang ibu alami kepada konselor atau teman. Aktivitas ini dapat membantu ibu mengatasi perasaan-perasaannya dan membantunya melewati masa-masa sulit tersebut. Emosi atau kondisi psikologis seseorang juga bergantung pada kondisi fisiknya, sehingga beristirahat yang cukup juga dapat membantu kondisi psikologisnya.
  4. Ngidam Aneh-Aneh. Sampai saat ini, penjelasan tentang munculnya ngidam pada masa kehamilan, belum dapat dipastikan dengan jelas. Beberapa penjelasan yang coba diberikan adalah terjadinya perubahan hormon dalam tubuh, sehingga mengubah sensitifitas indra perasa terhadap stimulus-stimulus tertentu. Jika bukan hal yang membahayakan ibu ataupun janin, dan tidak mengganggu kesehatan, maka tidak ada salahnya sesekali dituruti keinginannya, karena hal ini dapat membuat ibu merasa kebutuhannya terpenuhi. Tetapi sesekali alangkah baiknya juga bila ibu mencoba untuk tidak menurutinya dan mencoba mengontrol diri. Sekali lagi, membicarakan perasaan yang dirasakan ibu kepada seorang konselor atau teman, dapat membantu ibu mengatasi perasaan-perasaannya, termasuk tentang mengidam.

 

 

Perubahan Per Trimester

 

perubahan psikologis pada ibu hamil
Perubahan psikologis pada ibu hamil dapat berlangsung semenjak awal kehamilan. Dengan mengetahui adanya janin yang mulai berkembang dalam tubuhnya, bisa jadi malah menimbulkan berbagai emosi pada ibu. Mulai rasa senang dan bahagia hingga adanya kecemasan dan ketakutan akan hal-hal yang mungkin mengganggu calon bayinya.

Kondisi tersebut tidak bisa disamakan pada semua ibu hamil, mengingat kondisi setiap orang berbeda-beda. Tetapi secara psikologis, masa-masa awal kehamilan adalah masa awal penyesuaian diri. Dengan demikian, wajar bila terjadi perubahan psikologis. Namun semakin lama, pada umumnya ibu hamil lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kehamilannya, sehingga lebih dapat mengatasi kendala-kendala dari kehamilan yang mungkin muncul.

Perubahan psikologis pada trimester pertama belum dapat dilihat jelas secara kasatmata, tetapi cukup signifikan. Pada awal masa kehamilan ini, mungkin saja ibu merasa kecemasan akan kehilangan bayinya, atau ketakutan akan hal lainnya. Suatu hal yang wajar jika ibu mengalami perubahan yang ekstrem dan bergejolak. Untuk mengatasi perubahan tersebut, hendaknya ibu berbagi cerita dan mengungkapkan segala perasaanya kepada konselor atau seorang teman. Kegiatan ini pastinya dapat membantu meringankan perasaan tidak nyaman yang terjadi. Selain itu, pada masa ini sangat disarankan untuk banyak beristirahat.

Ketika stress dan kecemasan pada trimester pertama sudah lewat, maka dimulailah perubahan emosi pada trimester kedua. Umumnya emosi yang dirasakan pada trimester kedua cenderung kurang intens dibandingkan trimester pertama. Namun, karena mulai terlihat perubahan fisik, yaitu membesarnya perut, bisa jadi ibu hamil mulai merasa “sadar diri” (self-conscious) tentang berat badannya sehingga bisa membuatnya merasa kurang percaya diri. Selain itu, bisa jadi ibu hamil semakin merasa bergantung pada pasangannya. Pada trimester ini, ibu mulai memiliki banyak kebutuhan dari biasanya dan bisa jadi khawatir, apakah pasangan selalu sedia untuk dirinya, apakah pasangan masih tertarik pada dirinya dan dapat mendukungnya selama masa hamil. Jika hal ini terjadi, baiknya ibu membicarakan secara mendalam dengan pasangan tentang kekhawatirannya dan konsep-konsep yang salah.

Masuk trimester ketiga atau akhir, ibu mulai mempersiapkan diri untuk melahirkan dan sudah membiasakan diri dengan perubahan fisik yang signifikan. Namun, bukan berarti ibu sudah bebas dari masalah psikologis, justru pada masa ini muncul kecemasan baru, yaitu kekhawatiran akan kehadiran bayi serta kekhawatiran akan proses persalinan yang akan dijalani.

Untuk mencegah munculnya kekhawatiran tersebut, baiknya ibu banyak membaca agar mendapatkan banyak informasi tentang proses melahirkan serta untuk mempersiapkan diri dalam menerima kehadiran bayi. Membaca dapat membantu calon ibu mengatasi emosinya yang tidak menentu. Atau, bercerita kepada teman yang lebih berpengalaman juga dapat membantu. Jika ibu membutuhkan informasi atau bacaan lebih lanjut mengenai proses kehamilan dan melahirkan, ibu dapat mengunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.

Thursday, March 20, 2014

Sakit Gigi Saat Hamil dan Gusi Bengkak Pada Ibu Hamil

sakit gigi saat hamil dan gusi bengkak pada ibu hamil
Masalah sakit gigi saat hamil dan gusi bengkak pada ibu hamil sering terjadi selama masa kehamilan. Sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut sepanjang masa kehamilan. Hasil riset yang dipublikasikan National Institute of Dental and Craniofacial Amerika pada 2008 menunjukkan, 18% wanita hamil mengalami gangguan gusi berupa gusi yang membengkak dan berwarna merah terang dan kebiruan. Pembengkakan ini ditandai pula dengan gusi yang berdarah spontan ketika ibu hamil sedang menyikat gigi. Peradangan gusi pada masa hamil atau gravidarum gingivitis ini kerap dialami ibu hamil, terutama ketika memasuki bulan kedua atau bulan ketiga dan mencapai puncaknya antara trimester kedua dan ketiga, kemudian mengalami penurunan pada bulan ke-9.

Meski disebut peradangan gusi pada kehamilan, namun penyebab utamanya bukanlah pada kehamilan. Seperti pada penderita peradangan gusi pada umumnya, penyebab utamanya adalah plak dan karang gigi. Hanya saja, pada ibu hamil, gusi-nya menjadi lebih sensitif karena adanya perubahan hormonal di tubuh yang juga mempengaruhi sirkulasi darah di tubuh. Kondisi ini akan memicu ibu hamil mengalami perdarahan gusi pada masa kehamilannya, terutama bagi ibu yang sebelum masa kehamilannya memang memiliki plak dan karang pada gigi. Sedang pada ibu yang tidak mengalami plak pada gigi, serta tidak pernah mengalami perdarahan gusi, hendaknya lebih memperhatikan kesehatan rongga mulutnya, karena jika tidak, akan cepat pula mengalami perdarahan gusi.

Memang, peradangan ini tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti, namun bukan berarti ibu bisa mengabaikannya. Menurut Jurnal Obsteric Gynecology tahun 2010, ibu yang gusinya terinfeksi dapat menularkan pada janinnya melalui peredaran darah plasenta. Pada kasus yang diteliti terbukti, kuman fusobacterium nucleatum yang menginfeksi gusi ibu hamil ditemukan dalam janin dan mengakibatkan keguguran. Tak hanya itu, beberapa penelitian lain membuktikan, peradangan pada gusi kala hamil berisiko kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu) dan berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram).

 

 

Kenali Gejala Radang Gusi


Peradangan gusi pada masa hamil ditandai dengan gejala sebagai berikut :
  1. Semakin meningkatnya rasa sakit di gusi.
  2. Terjadi perdarahan di gusi.
  3. Gigi goyang.
  4. Bau mulut.

 

Tips Mencegah Radang Gusi


sakit gigi saat hamil dan gusi bengkak pada ibu hamil
Berikut ini adalah beberapa tips untuk mencegah peradangan pada gusi selama masa hamil :
  1. Bersihkan plak dan karang gigi. Pemebrsihan dapat dilakukan di dokter gigi selama masa kehamilan.
  2. Rajin menyikat gigi minimal dua kali sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Gunakan sikat gigi yang lembut. Lakukan gerakan menyikat memutar di sela-sela gigi, ke arah atas dan sebaliknya.
  3. Gunakan obat kumur untuk mencegah plak. Pilih obat kumur yang tidak mengandung alkohol dan gunakan selama tidak lebih dari dua minggu. Cermati labelnya. Bila perlu konsultasikan ke dokter. Untuk ibu yang sering muntah dan mengeluarkan liur, berkumurlah dengan air hangat yang dibubuhi garam. Kumur dengan air hangat bermanfaat membersihkan sisa lemak pada rongga mulut dan sela-sela gigi.
  4. Kurangi makanan manis dan asam karena berpotensi merusak gigi.
  5. Perbanyak konsumsi makanan berserat (sayuran hijau dan buah) yang mengandung vitamin C dan B12 untuk menjaga kesehatan gusi.

 

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Perawatan Gigi Ibu Hamil


sakit gigi saat hamil dan gusi bengkak pada ibu hamil
Untuk perawatan gigi ibu sepanjang masa hamil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  1. Waktu Tepat Berkunjung Ke Dokter Gigi. Bila ingin melakukan tindakan yang berkaitan dengan gigi sebaiknya dilakukan pada trimester kedua. Hindari melakukan tindakan pada trimester pertama dan trimester ketiga, kecuali dalam keadaan darurat. Sebabnya, pada trimester pertama tengah berlangsung pembentukan dan perkembangan organ janin yang sangat rentan terhadap gangguan dari luar. Sedangkan pada trimester ketiga, rahim sangat rentan terhadap rangsangan dari luar sehingga dikhawatirkan terjadi persalinan prematur.
  2. Pengaturan Waktu Rontgen Gigi. Rontgen gigi pada kehamilan aman dilakukan karena tingkat radiasinya kecil dan bagian yang di rontgen pun terbatas pada gigi. Namun, bila merasa tidak yakin, hindari melakukan rontgen gigi selama masa hamil. Bila kondisi mendesak untuk rontgen, ibu hendaknya terlindungi dengan baik menggunakan apron.
  3. Selektif Dalam Memilih Obat-Obatan. Penggunaan obat-obatan selama hamil dikhawatirkan akan mempengaruhi janin melalui plasenta. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, semua obat yang akan dikonsumsi. Mengenai penggunaan obat bius selama pencabutan gigi, ibu hamil tidak perlu khawatir karena tidak akan berpengaruh pada janin.
Oleh karena itu, bila sudah telanjur mengalami peradangan gusi, konsultasikan dengan dokter gigi spesialis periodonsia. Umumnya, dokter akan segera melakukan perawatan pada gusi. Dokter juga akan membersihkan plak dan karang gigi yang sudah terbentuk untuk mencegah terjadinya perdarahan spontan ketika menggosok gigi. Selanjutnya, untuk perawatan, dokter akan memberikan obat kumur yang pelaksanaannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Bagaimanapun mencegah tentu jauh lebih baik daripada mengobati. Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai masalah seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.

Tuesday, March 18, 2014

Tips Berhubungan Intim Selama Masa Hamil

hubungan intim saat hamil
Melakukan hubungan intim ketika hamil? Mengapa tidak! Yang penting ialah selalu cermati rambu-rambunya.

Memang, banyak yang menganggap hubungan intim dengan pasangan tidak boleh dilakukan selama hamil. Salah satu alasannya takut menyakiti istri. Kondisi perut yang membesar terkadang juga dirasa menjadi penghalang. Kekhawatiran dapat mencederai si calon bayi pun dapat menyurutkan gairah untuk berhubungan intim.

Padahal, kehamilan bukanlah penghalang untuk melakukan aktivitas seksual. Ibu hamil tetap diperkenankan melakukan hubungan intim dengan pasangannya. Bahkan, wanita yang sedang hamil (trimester 2) lebih mudah mencapai kepuasan seksual karena adanya peningkatan aliran darah di sekitar alat kelamin akibat peningkatan hormon estrogen. Cairan lubrikasi pada vagina yang lebih banyak dihasilkan juga umumnya lebih mudah membuat wanita terangsang.

Jadi, tidak usah khawatir melakukan hubungan intim saat hamil. Yang penting, cermati rambu-rambunya. Apa saja? Simak berikut ini!

 

 

7 Syarat Utama Melakukan Hubungan Intim Selama Kehamilan


Ada tujuh syarat utama yang harus terpenuhi agar ibu hamil dapat melakukan hubungan intim yang aman bagi janin selama masa kehamilan :
  1. Tidak adanya riwayat perdarahan sepanjang kehamilan.
  2. Tidak mengalami plasenta previa (ari-ari menutup jalan lahir).
  3. Ketuban tidak pecah.
  4. Tidak ada risiko lahir prematur / inkompetensi serviks.
  5. Tidak memiliki riwayat keguguran berulang.
  6. Posisi saat berhubungan intim tidak menekan kandungan.
  7. Tidak memiliki riwayat penyakit kelamin / HIV demikian juga dengan pasangan anda.
Sebelum melakukan hubungan intim, disarankan untuk mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan ahlinya agar lebih aman.

 

Hubungan Intim Sebaiknya Dilakukan Sekitar 12 Minggu Sampai Dengan 28 Minggu Masa Kehamilan


Pada trimester pertama, ibu hamil masih mengalami mual dan muntah. Kondisi ini tentunya membuat ibu merasa tidak nyaman. Selain itu, pada awal trimester pertama, plasenta belum terbentuk, sehingga dikhawatirkan bila terjadi kontraksi dapat menyebabkan keguguran.

Patut diingat, hubungan intim selama hamil, melibatkan dua pihak, hendaknya keduanya pun memperoleh manfaat atau keuntungan yang sama. Alangkah baiknya pada kondisi mual dan muntah ini , suami menunda keinginan untuk berhubungan intim hingga kondisi pasangan memungkinkan. Umumnya, setelah trimester pertama, ibu dapat berdamai dengan tubuhnya karena sudah tidak merasakan mual dan muntah, serta mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

Sementara pada usia kehamilan 7-9 bulan (28-36 minggu), frekuensi hubungan intim sebaiknya dikurangi. Perlu diketahui, sperma mengandung zat prostaglandin yang dapat memicu terjadinya kontraksi dan dikhawatirkan dapat menjadi pencetus terjadinya persalinan prematur. Lain hal bila usia kehamilan sudah cukup bulan untuk melahirkan, hubungan intim justru dapat membantu memperlancar proses persalinan.

 

Komunikasi Dengan Pasangan Untuk Melakukan Hubungan Intim


Jangan ragu untuk mengkomunikasikan keinginan kepada pasangan, agar ibu memperoleh kenyamanan. Adanya perubahan bentuk fisik tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan yang pernah dilakukan. Untuk itu, ibu hendaknya dapat mengkomunikasikan keinginan-keinginannya dalam berhubungan seks kepada pasangan.

 

Perhatikan Posisi Hubungan Intim


Masuk trimester kedua, perut ibu mulai membesar. Untuk itu, cermati posisi saat berhubungan agar hubungan intim tetap nyaman. Hindari posisi telentang karena posisi ini dapat menekan perut dan menyebabkan penekanan pada pembuluh darah di daerah perut. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mengganggu aliran darah ke jantung dan janin. Posisi telentang juga dapat membuat dada menjadi sesak.

Posisi berhubungan intim yang disarankan bagi ibu agar nyaman antara lain : posisi miring (spoon position), duduk (sitting dog), membelakangi / penetrasi dari belakang (rear entry), wanita di atas (women on top), atau menungging. Yang paling penting dari semua posisi hubungan intim  semasa hamil tersebut adalah perlu dipastikan agar tidak memberikan tekanan atau beban pada bagian perut ibu hamil.

 

Keluarnya Kolostrum


Memasuki trimester ketiga, sebagian ibu hamil sudah memproduksi kolostrum. Kolostrum dapat keluar dari payudara saat ibu mendapat rangsangan seksual. Kondisi ini tentunya dapat mengganggu kemesraan. Demi menghindari ini, minta suami agar tidak melakukan rangsangan di wilayah payudara dimana hal ini juga dapat memicu terjadinya kontraksi dini yang berakibat persalinan prematur.

 

Manfaatkan Kondom


Sperma mengandung prostaglandin yang dapat merangsang terjadinya kontraksi. Untuk menghindari terjadinya kontraksi, sarankan suami agar memanfaatkan kondom sehingga ibu tidak kontak langsung dengan sperma. Ini sekaligus berguna untuk mencegah kemungkinan terjadinya persalinan prematur yang disebabkan kontraksi.

 

Hindari Hubungan Intim Bila Berisiko Persalinan Prematur


Khusus untuk ibu yang berisiko melahirkan bayi prematur sebaiknya menghindari hubungan intim. Dikhawatirkan sperma pasangan malah akan merangsang terjadinya kontraksi yang menjadi pencetus terjadinya persalinan prematur.

 

Waspadai Terjadinya Perdarahan


Mulut rahim memiliki banyak pembuluh darah yang berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke rahim. Kondisi ini juga menyebabkan mulut rahim menjadi lebih lunak dibandingkan ketika tidak hamil. Untuk itu, hindari penetrasi yang terlalu dalam karena rawan terjadi perdarahan, terutama pada kehamilan trimester ketiga awal dimana usia kehamilan belum cukup bulan sehingga jika terjadi kontraksi dapat memicu persalinan prematur.

 

Pergeseran Dari Seks Prokreasi Ke Seks Rekreasi


Banyak pasangan mengutamakan hubungan intim yang dilakukan untuk mendapatkan keturunan. Sehingga ketika sudah positif hamil, hubungan intim yang dilakukan sudah mengarah ke rekreasi yang bertujuan sekadar untuk relaksasi.

Semoga tulisan di atas dapat bermanfaat bagi setiap pasangan suami istri yang sedang menanti kelahiran si jabang bayi. Kemesraan tetap terjaga namun tetap aman untuk calon buah hati. Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai masalah seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL

Thursday, March 6, 2014

Diabetes Pada Ibu Hamil

diabetes pada ibu hamil
Kadang-kadang ditemukan kasus diabetes pada ibu hamil yang unik. Sebelum berbadan dua, seorang ibu telah diketahui tidak memiliki riwayat diabetes. Tapi saat berbadan dua, ditemukan bahwa kadar gula darah ibu hamil tinggi / diatas normal. Apakah kasus ini mungkin dapat terjadi? Ada apa?

Kemungkinan ibu mengidap apa yang disebut sebagai DMG alias Diabetes Melitus Gestasional (diabetes saat kehamilan). Untuk memastikan diabetes saat hamil pada seorang ibu, dokter umumnya akan meminta ibu hamil untuk melakukan tes urine. Bila positif dalam urine akan ditemukan kandungan glukosa. Namun, mengingat hal ini dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang turun akibat kehamilan, maka dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk memastikan ada tidaknya DMG.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral. Yaitu glukosa 75 gram dilarutkan dalam air 200 cc, kemudian diminum oleh ibu hamil, selanjutnya dilakukan pemeriksaan gula darah. Dari tes ini baru dikatakan DMG bila diperoleh hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa >126 mg/dl dan >140 mg/dl pada 2 jam setelah pemberian glukosa oral.

Apakah setiap ibu hamil berisiko mengalami DMG? Tidak benar demikian. Hamya mereka yang memiliki riwayat diabetes pada keluarga dekat (ayah atau ibu), pernah melahirkan bayi besar (lebih dari 4 kg), memiliki air ketuban yang berlebihan, dan hamil di usia 35 tahun ke atas.

 

 

Apakah Penyebab DMG?


diabetes pada ibu hamil
DMG muncul akibat dari kehamilan itu sendiri. Insulin yang diproduksi oleh tubuh ibu hamil harus dibagi dengan si calon bayi, sehingga jumlahnya tidak mencukupi untuk menetralkan kadar gula darah. Detailnya, perubahan hormonal yang terjadi pada kehamilan karena adanya peningkatan hormon yang dihasilkan oleh plasenta (laktogen plasental human, estrogen, progesteron, kortisol, dan prolaktin) akan menghambat kerja dari insulin. Padahal guna dari kerja insulin adalah untuk menurunkan kadar gula darah. Akibat tidak bekerjanya insulin, maka kadar gula darah akan meningkat sehingga terjadilah DMG.

Untungnya kadar gula darah ibu hamil biasanya akan kembali normal dengan sendirinya setelah bersalin. Meski pada sebagian ibu hamil, kondisi ini bisa menetap hingga setelah melahirkan.

Di Indonesia, kasus DMG terjadi pada sekitar 1,9-3,6 % wanita hamil. Sekitar 40-60 % wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional berlanjut menjadi diabetes melitus atau gangguan toleransi glukosa.

 

 

2 Sub-Tipe DMG


Berikut adalah 2 Sub-Tipe DMG :
  1. Tipe A1 : Tes toleransi glukosa oral (TTGO) abnormal tetapi tingkat glukosa darah normal selama puasa dan 2 jam setelah makan. Modifikasi diet memadai untuk mengontrol kadar glukosa.
  2. Tipe A2 : TTGO yang abnormal diperparah oleh tingkat glukosa abnormal selama puasa dan / atau sesudah makan. Terapi tambahan dengan insulin atau obat lain diperlukan.

 

 

Cara Mengatasi DMG


diabetes pada ibu hamil
Efek negatif yang mungkin terjadi pada DMG adalah tekanan darah meningkat selama hamil dan ibu hamil jadi mudah mengalami infeksi (misal, infeksi saluran kemih). DMG juga bisa menyebabkan bayi lahir besar (berat badan bayi melebihi 4 kg / makrosomia), sehingga sulit dilahirkan secara normal. Faktor risiko lainnya obesitas atau kegemukan.

Agar kondisi komplikasi atau kegawatan dari DMG bisa dihindari, ibu hamil bisa mencoba beberapa tips dibawah ini :
  1. Yang terpenting jaga kadar gula darah tetap normal. Lakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter kandungan. Umumnya dokter akan memantau besarnya janin dan ada tidaknya kelainan yang lain pada si calon bayi terkait dengan DMG yang diderita ibu hamil ini.
  2. Lakukan diet dengan bantuan ahli gizi dan olah raga (misal, senam hamil). Jika tidak berhasil dengan diet dan olah raga, dokter akan melakukan program terapi dengan penyuntikan insulin.
  3. Pemberian suntikan insulin tidak perlu ditakutkan karena caranya sederhana dan tidak menyakitkan, juga bisa dilakukan sendiri atau oleh orang lain.
  4. Penderita DMG sebaiknya punya alat pengukur kadar gula darah dan rutin mengukur kadar gulanya sesuai petunjuk dokter.
  5. Bagi ibu yang sebelum hamil sudah mengalami diabetes, perlu upaya lebih giat lagi dalam hal mengontrol kadar gula darah. Penting diingat, penggunaan obat penurun kadar gula darah bentuk pil tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi selama proses kehamilan, harus diganti dengan suntikan insulin.
  6. Untuk para suami, bantulah istri tercinta untuk mengontrol gula darahnya. Dorong untuk melakukan diet sehat dan olah raga dan jadilah pengingat bagi istri untuk tidak lupa melakukan suntik insulin secara teratur.
  7. Mengingat pentingnya peranan suami dalam penanganan DMG pada ibu hamil, suami diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai DMG sehingga ibu hamil dapat terhindar dari komplikasi DMG dan dapat melahirkan bayi yang sehat.
Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai masalah seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.

Wednesday, March 5, 2014

Kategori Obat Untuk Ibu Hamil

kategori obat untuk ibu hamil | obat untuk ibu hamil
Kategori obat untuk ibu hamil harus selalu diperhatikan, sebisa mungkin pilih yang berkategori A.

Soal keamanan pemberian obat untuk ibu hamil sudah menjadi perhatian berbagai pihak sejak dulu. United States Food and Drug Administration (US FDA) menggunakan 5 kategori obat (A, B, C, D, dan X) untuk keamanan itu.

Obat yang masuk ke dalam kategori A dan B berarti tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin dan aman dikonsumsi pada masa kehamilan. Hanya saja, pada keadaan tertentu dan dosis tertentu, obat tersebut dapat berubah menjadi kategori C.

Vitamin C dan asam folat (untuk perkembangan saraf janin), misal, masuk kategori A. Namun bila dosis vitamin C melebihi US RDA dan asam folat melebihi 0,8 mg per hari, akan masuk kategori C. Begitu pun dengan vitamin E dan Nystatin Vaginal Suppository (obat untuk keputihan karena jamur) yang juga kategori A, dapat masuk kategori C bila dosis-nya berlebihan. Hal sama akan terjadi pula pada obat kategori B, seperti Amoxylin (antibiotik) dan parasetamol (penurun demam).

Penggunaan obat pada kategori C masih dapat dibenarkan bila manfaatnya dipertimbangkan melebihi risiko terhadap janin. Umpama, untuk mengatasi kondisi yang membahayakan jiwa atau untuk mengobati penyakit berat karena tidak ada pilihan obat lain yang lebih aman. Obat-obatan kategori C, antara lain : Ciprofloxacin (golongan antibiotika); Furosemide (obat diuresis); dan Captopril (obat anti hipertensi).

Sementara obat kategori D sudah terbukti dapat menimbulkan dampak negatif pada janin bila diberikan kepada wanita hamil. Namun obat dalam kategori ini masih dapat diberikan bila manfaatnya lebih besar daripada risiko potensialnya. Dalam brosur produk obat, risiko ini umumnya dicantumkan dalam subjudul “Peringatan dan Perhatian”. Contoh obat-obatan kategori D, yaitu Diazepam (obat penenang), Tetracyclin dan Doxycyclin (golongan antibiotik).

Kategori terakhir, yaitu X, bila diberikan pada ibu hamil akan menimbulkan dampak negatif pada calon bayi dan risiko penggunaannya pada perempuan hamil jelas melebihi manfaat potensialnya. Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan bagi wanita hamil. Tertera dalam subjudul “Kontraindikasi”.

Berikut beberapa penyakit yang mungkin terjadi pada ibu hamil :
  1. Flu. Flu umumnya tidak berdampak negatif pada janin. Flu yang ringandapat ditangani tanpa obat-obatan, seperti : menambah jam istirahat ibu hamil atau bila hidung tersumbat, ibu bisa mengoleskan minyak penghangat di dada, perut, punggung, atau hidung.
    Flu yang disertai demam, penurunan nafsu makan, serta keringat di malam hari, migrain hebat, perlu segera dikonsultasikan pada dokter. Sekali lagi hindari minum obat bebas. Tidak semua kandungan dalam obat flu aman untuk ibu hamil dan janin. Beberapa di antaranya dapat meningkatkan risiko keguguran, gangguan pertumbuhan janin, cacat bawaan pada janin, dan cacat pada bayi.
  2. Cacar. Tidak perlu menunggu beberapa hari, segera konsultasikan kondisi ini pada dokter. Cacar dikhawatirkan memiliki dampak pada janin dan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan bergantung pada usia kehamilan saat itu. Contohnya :
    Pada usia kehamilan di bawah 20 minggu dapat terjadi komplikasi berupa : ancaman keguguran janin; bayi lahir cacat (Congenital Varicella Syndrome); terjadi kelainan pada jari, tulang, alat-alat persendian, dan buta; ukuran kepala yang lebih kecil dari ukuran normal; timbul bercak-bercak putih pada kulit atau jaringan parut.
    Pada usia kehamilan setelah 20 minggu dapat terjadi komplikasi berupa gangguan pertumbuhan janin dan keterlambatan perkembangan mental.
    Pada usia kehamilan trimester 3, komplikasi yang dapat terjadi ialah jika bayi lahir 2-4 hari setelah ibu terpapar cacar air, bayi bisa mengalami cacar air hebat yang dapat mengancam jiwanya. Dalam keadaan demikian, si bayi harus segera diimunisasi Varicella Zoster Immune Globulin (VZIG).
  3. Campak. Merupakan jenis penyakit sangat menular yang penyebarannya melalui udara dari kontak dengan orang terinfeksi. Campak pada ibu hamil yang tidak diobati dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau prematur. Jadi diwajibkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala-gejala campak seperti : demam, pilek, batuk, dan ruam (ditandai dengan bintik-bintik merah pada kulit), atau baru saja melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi dan tidak yakin jika ibu telah divaksinasi.
  4. Tifus. Demam tifoid pun sama, penyakit endemik Indonesia ini mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir prematur, atau bayi lahir kecil.
  5. TB. Hal yang sama dengan penyakit TB, selain mengurangi produktivitas pada diri ibu hamil, juga berdampak pada lingkungannya. TB pada umumnya tidak akan memperburuk kondisi janin, namun infeksi terjadi setelah bayi lahir. Oleh karena itu, segera berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan TB pada ibu hamil, karena pengobatan TB memakan waktu untuk sembuh sempurna. Setelah melahirkan, ibu dengan TB aktif sebaiknya diisolasi dari bayinya untuk mencegah kontak.
  6. Penyakit Mata. Penyakit mata tidak memiliki efek membahayakan pada kehamilan, namun kondisi ini tetap perlu di konsultasikan pada dokter, terutama mengenai obat yang aman untuk dikonsumsi. Terkadang, gangguan pada mata juga bisa berhubungan dengan preklamsia (hipertensi dalam kehamilan).
  7. Hipertensi. Ingat, kadar gula darah yang melebihi ambang batas normal (>200 mg/dl) dan tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg dapat berakibat tidak baik pada bayi dan ibu bila tidak ditangani sejak awal kehamilan. Untuk itu, segeralah berkonsultasi dengan dokter bila memiliki riwayat keluarga atau potensi mendapatkan penyakit tersebut sejak prakehamilan. Jangan mengobati sendiri, karena ada golongan obat anti hipertensi yang tidak boleh / tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil.
  8. Hipotensi. Hipotensi (darah rendah) dapat dikatakan normal terjadi pada ibu hamil jika dalam batas yang memang lazim, yaitu sekitar 10 mmHg pada awal kehamilan. Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan, tekanan darah akan kembali lagi ke kisaran normal.
    Tapi perlu diketahui, apabila tekanan darah tidak kunjung meningkat dapat mengakibatkan dampak yang kurang baik pada janin. Disini menjadi alasan pentingnya pengontrolan tekanan darah dalam pemeriksaan kehamilan (antenatal care) untuk mendeteksi dini segala kelainan yang mungkin timbul pada saat kehamilan.
    Jika ibu hamil mengalami Hipotensi, bisa mengikuti tips berikut ini : istirahat yang cukup; berbaring telentang dengan kaki yang diganjal oleh bantal; mengkonsumsi zat besi bila mengalami anemia; dan bila berlanjut, segera komunikasikan dengan dokter.

 

Menjaga Kesehatan Selama Masa Kehamilan

 
kategori obat untuk ibu hamil | obat untuk ibu hamil
Menjaga lebih baik daripada mengobati. Klise kedengarannya. Namun inilah yang patut untuk dilakukan. Dengan menjaga kesehatan, ibu jadi tak mudah sakit. Cara menjaga kesehatan pada masa kehamilan sama seperti kita menjaga kesehatan pada umumnya, seperti :
  1. Menjauhi rokok dan asap rokok karena dapat mengganggu kesehatan ibu dan mempengaruhi kesehatan janin.
  2. Tidak mengkonsumsi alkohol. Alkohol bersifat larut dalam air, jadi cepat diserap oleh seluruh organ tubuh. Bagian yang terbuang hanya berkisar 5-15% saja melalui keringat, paru-paru dan urine. Alkohol yang terserap mengalir melalui aliran darah ibu hamil, masuk ke dalam saluran darah janin di rahim. Efeknya, bisa menyebabkan kelainan otak, epilepsi, dan sindrom alkohol atau Fetal Alcohol Syndrom (FAS).
  3. Batasi minum kopi satu kali sehari. Konsumsi kafein di atas 200 mg per hari dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan janin. Dalam satu cangkir kopi diperkirakan mengandung 100 mg kafein, namun bagi mereka yang menyukai kopi kental, bisa saja kandungan kafeinnya lebih tinggi untuk tiap cangkirnya.
  4. Konsumsi makanan sehat dan bergizi dengan komposisi seimbang. Dengan gizi seimbang, kebutuhan nutrisi ibu dan janin bisa terpenuhi.
  5. Waktu tidur yang cukup. Ibu hamil yang waktu tidur malamnya kurang dari enam jam saat hamil muda, tekanan darah sistolik pada trimester terakhir hampir 4 mm/Hg lebih tinggi daripada ibu hamil yang tidur selama sembilan jam di waktu malam. Sementara ibu hamil yang waktu tidur malamnyakurang dari 5 jam, akan meningkatkan risiko 9 kali lipat mengalami preeklamsia.
  6. Menjaga kebersihan pribadi, terutama organ kewanitaan. Saluran uretra pada wanita pendek, ditambah dengan muara yang relatif terbuka serta sangat berdekatan dengan alat kelamin dan anus yang banyak mengandung kuman, menyebabkan potensi atau peluang kuman masuk ke dalam saluran kemih menjadi sangat besar.
  7. Olahraga yang cukup. Olahraga meningkatkan stamina sehingga secara tidak langsung turut pula menjaga kesehatan bayi yang akan dilahirkan. Dengan cukup berolahraga, ibu juga akan mendapatkan manfaat berupa :
    Meningkatkan keberhasilan persalinan normal. Ini terkait dengan meningkatnya kebugaran (jantung dan paru) serta ketahanan fisik.
    Mampu mengejan lebih lama tanpa kelelahan pada saat proses melahirkan.
    Mempercepat kembali ke bentuk badan semula setelah persalinan.

 

 

Bagaimana Ibu Hamil Harus Bersikap Jika Sudah Telanjur Sakit?

 
kategori obat untuk ibu hamil | obat untuk ibu hamil
Jadi, apakah ibu hamil dapat minum obat dengan berpatokan pada kategori tersebut? Ibu hamil dapat menganggap 5 kategori ini sebagai pengetahuan dan bekal dalam mendiskusikan suatu obat pada dokter. Obat mana yang paling aman untuk ibu dan yang tidak membahayakan si calon bayi, dokterlah yang sepenuhnya memahami.

Konsultasikan obat yang sedang / akan ibu konsumsi pada dokter. Jika ibu memiliki riwayat penyakit tertentu seperti diabetes, darah tinggi, jantung dan sebagainya, dan telah rutin minum suatu obat sejak sebelum hamil, tanyakan tentang keamanan obat tersebut pada masa kehamilan. Begitu pula obat untuk penyakit musiman, seperti flu, diare, batuk, dan lainnya. Meski banyak obat bebas yang dijual untuk itu, hindari membelinya tanpa berkonsultasi pada dokter kandungan.

Perlu diketahui, sebagian besar obat dapat melewati plasenta sampai pada sirkulasi darah janin sehingga kadarnya dalam sirkulasi janin hampir sama dengan kadar dalam darah ibu. Dalam beberapa situasi, ini dapat membahayakan janin, misal konsumsi obat di awal kehamilan. Masa tiga bulan pertama kehamilan adalah masa pertumbuhan dan perkembangan sistem organ tubuh janin. Masa ini adalah waktu rentan terjadinya kecacatan, abortus spontan (keguguran), gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.

Untuk itu sekali lagi, selalu berkonsultasilah pada dokter kebidanan dan kandungan perihal obat-obatan yang akan dikonsumsi selama masa kehamilan.

Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai masalah seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.