Monday, October 12, 2015

Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini dan Penanganannya

Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini dan Penanganannya
Sangat penting bagi seorang Ibu hamil untuk tahu mengenai tanda dan gejala ketuban pecah dini dan penanganannya. Jika tiba-tiba ada cairan merembes keluar dari vagina, bisa jadi itu adalah tanda dan gejala ketuban pecah dini. Janganlah panik, yang penting Ibu harus segera ke rumah sakit.

Umumnya, ketuban pecah pada akhir kala 1 atau awal kala 2 saat pembukaan lengkap pada proses persalinan. Namun bila air ketuban yang berwarna putih agak keruh itu tiba-tiba menyembur keluar dari liang vagina terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, atau sebelum pembukaan mulut rahim 4 cm, atau sebelum adanya tanda-tanda persalinan, kondisi itu disebut Premature Rapture of Membranes (PROM) alias Ketuban Pecah Dini (KPD).

KPD sering terjadi secara tidak terduga dan tidak disertai dengan tanda-tanda awal, sehingga banyak Ibu hamil yang kaget saat mengalaminya. Meski tidak ada data pasti, namun sekitar 10% kehamilan mengalami KPD.

Kantung ketuban berdinding tipis dan berisi cairan dan janin. Air ketuban akan melindungi janin dan tali plasenta (yang berfungsi untuk memberi makanan ke janin) dari kekeringan. Suhu yang tetap dan hangat di dalam air ketuban memberikan tempat yang nyaman bagi janin untuk bertumbuh. Air ketuban juga akan melindungi janin dari benturan yang mungkin terjadi.

Adapun penyebab KPD, sebagian besar berkaitan dengan infeksi, seperti : infeksi kuman atau bakteri. Infeksi ini ada hubungannya dengan dunia luar dan dalam, antara vagina dengan rahim. Ketika daerah vagina tidak bersih, misalnya karena keputihan atau karena sering menahan pipis, kuman naik ke rahim dan terjadilah infeksi yang menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis dan mudah pecah.

Selain itu, faktor risiko terjadinya KPD adalah kelelahan, stres, hubungan seksual yang tidak terjaga kebersihannya, kehamilan kembar, trauma (misal, pernah jatuh), perdarahan selama trimester 2 dan 3 yang terjadi pada jalan lahir, serta kelainan mulut rahim.


Prinsip Lebih Cepat Lebih Baik Dalam Penanganan Masalah Ketuban Pecah Dini


Bukan bermaksud menakut-nakuti, bagaimanapun Ibu perlu tahu akibat dari ketuban pecah dini (KPD), yaitu keguguran, janin terlilit tali pusat, dan kelahiran prematur. Apalagi, tidak seperti keguguran, biasanya ketika terjadi KPD, Ibu tidak merasakan sakit, semisal mulas atau pegal-pegal. Tiba-tiba saja Ibu merasakan ada cairan yang merembes melalui vagina. Itulah mengapa, ketika Ibu mengalami KPD, tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali segera ke rumah sakit atau menemui dokter kandungan. Semakin cepat kondisi Ibu ditangani, semakin kecil risiko terjadinya komplikasi, seperti : infeksi kuman dari luar, persalinan prematur atau kurang bulan, gangguan peredaran darah atau tali pusat yang bisa berakibat fatal pada janin.

Selain itu, bila air ketuban terus menerus keluar, tentu volumenya akan berkurang dari jumlah yang dibutuhkan atau bahkan habis. Jumlah air ketuban yang sedikit atau habis sangat berbahaya bagi janin. Jika ketuban sedikit akan terjadi penekanan pada bayi. Akibatnya, organ bayi akan mengalami masalah, bisa tangan bayi menjadi bengkok, atau kakinya yang bengkok.


Ketuban Pecah Dini Apakah Harus Selalu Dilahirkan?


Penanganan ketuban pecah dini (KPD) sangat bergantung pada kondisi Ibu dan kehamilannya, termasuk janin dan cairan ketuban. Bila ketuban pecah dini terjadi di usia kehamilan yang cukup bulan, maka dokter akan menunggu 8 jam untuk memantau kondisinya. Bila tidak ada kemajuan dan air ketuban tetap keluar, dokter akan mengambil tindakan induksi.

Begitu pun jika terjadi infeksi dan cairan ketuban habis sama sekali, dokter akan segera mengeluarkan bayi dengan jalan operasi. Masalahnya, jika janin masih terlalu kecil, kelahiran sudah pasti akan berisiko tinggi, antara lain karena paru-parunya belum matang sehingga Dia belum mampu untuk bernapas secara normal di luar rahim. Pada kasus ini, Ibu sebaiknya mencari rumah sakit dengan fasilitas perawatan bayi kecil (NICU) yang baik karena butuh tiga hari bagi bayi untuk pematangan paru-parunya.

Tentu penanganan ketuban pecah dini (KPD) tidak selalu harus dengan jalan mengeluarkan bayi. Bila usia kehamilan Ibu kurang bulan, misalnya baru enam bulan, jumlah cairan ketuban masih cukup banyak, dan tidak terindikasi infeksi, dokter akan melakukan tindakan konservatif, yaitu menahan janin agar tetap berada di dalam rahim. Ibu tidak perlu khawatir karena tindakan ini tidak akan berdampak buruk pada janin.

Selain proses penantian kelahiran ini, dokter akan memberikan obat-obatan dan antibiotik untuk mencegah infeksi. Selama perawatan ini, Ibu juga harus beristirahat total, tidak boleh melakukan aktivitas berat dan bebaskan pikiran dari hal-hal yang dapat membuat Ibu menjadi stres.

Dokter juga akan menyarankan Ibu untuk menjaga pola makan sehat. Konsumsilah banyak buah dan minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi. Bila saran ini Ibu jalani, maka selaput ketuban yang terbuka atau robek akan menutup kembali dan air ketuban dapat berproduksi lagi.

Bila dalam penantian usia kehamilan hingga cukup bulan ini air ketuban tetap mengalir keluar, tidak ada jalan lain, dokter akan melakukan pengakhiran kehamilan dengan tindakan operasi untuk mengeluarkan janin, sekalipun berisiko prematur. Tapi, biasanya ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan sehingga harus dilahirkan segera.



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.