Monday, March 28, 2016

Mengejan Yang Baik Saat Melahirkan

cara mengejan saat melahirkan, cara mengejan yang benar saat melahirkan, mengejan, cara mengejan yang benar, mengejan saat melahirkan, cara mengejan, teknik mengejan saat melahirkan, cara mengejan yang baik saat melahirkan, cara mengejan yang baik, cara mengejan saat persalinan, mengejan yang baik saat melahirkan, cara mengejan saat melahirkan normal, cara mengejan yang benar saat persalinan, mengejan melahirkan, mengejan yang benar saat melahirkan, cara mengejan waktu melahirkan, latihan mengejan, cara mengejan melahirkan, mengejan saat persalinan, cara mengejan melahirkan normal, cara mengejan ketika melahirkan
Pada saat proses kelahiran secara normal, maka akan selalu disertai dengan proses mengejan. Siapkan fisik dan mental Ibu. Ketahuilah cara mengejan yang baik saat melahirkan.

Persalinan harus disiapkan dengan matang sehingga proses yang dijalani berlangsung lancar. Walau Ibu jauh-jauh hari sudah menyiapkan fisik dan mental agar prima, tetap saja muncul rasa cemas menghadapi persalinan. Ini adalah hal yang wajar.

Apalagi jika ini adalah kelahiran yang pertama, berbagai kekhawatiran bisa saja muncul. Umumnya, karena Ibu merasa tidak yakin, dari tidak yakin bisa menahan sakit, bisa berhasil melahirkan normal, hingga kondisi si kecil, apakah sehat dan normal, dan lain-lain. Sekali lagi, ini adalah hal yang sangat wajar sekali.

Hanya saja, kekhawatirannya jangan berlebihan. Khawatir berlebihan menyebabkan otot-otot tubuh dan seluruh saraf menjadi tegang. Ujung-ujungnya, mental yang sejak awal telah disiapkan menjadi kendur. Alhasil, ini akan mempengaruhi proses persalinan, terutama ketika mengejan. Pasalnya, kekuatan Ibu untuk mengejan akan mendukung kelancaran proses bersalin.


Mendukung Kontraksi Rahim


Mengejan saat melahirkan adalah bagian dari proses persalinan dimana Ibu berusaha untuk mengeluarkan bagian terbawah dari janin, bisa kepala atau bokong bila posisi sungsang. Caranya, dengan melakukan tekanan di perut bagian bawah atau dasar panggul seperti hendak buang air besar. Mengejan akan membantu otot rahim mendorong janin menuju jalan lahir. Jadi, mengejan itu mendukung kontraksi rahim untuk proses melahirkan sang jabang bayi dari dalam rahim Ibu.

Mengejan merupakan tahap akhir dalam persalinan sebelum Ibu bertemu dengan sang jabang bayi. Ini mungkin periode persalinan yang menyakitkan dan sumber ketakutan serta kekhawatiran. Maka yang penting juga diperhatikan, Ibu perlu mengerti cara mengejan yang benar sehingga terhindar dari efek samping atau komplikasi dari mengejan itu sendiri.

Ya, kemampuan Ibu untuk mengejan dengan benar akan menentukan keadaan bayi yang dilahirkan. Bila seluruh keadaan bayi dan kondisi jalan lahir Ibu memenuhi syarat untuk dilangsungkan proses persalinan normal, tetapi Ibu tidak sanggup mengejan dengan baik, bayi akan terlalu lama berada di jalan lahir (dasar panggul). Kondisi ini membuat bayi dalam kandungan tidak aman. Efeknya saat lahir, kondisi bayi lemah atau bahkan mengalami gangguan pernapasan, tidak bisa menangis, dan bayi tampak tidak bugar.



Saat Tepat Mengejan Saat Melahirkan


Lalu kapan waktu yang tepat untuk mengejan saat melahirkan? Proses mengejan dilakukan saat tenaga medis sudah memeriksa Ibu dan mengatakan pembukaan lengkap (untuk dapat memenuhi syarat bisa dilalui bayi, pembukaan jalan lahir harus 10 cm), serta bagian terbawah janin sudah di dasar panggul. Saat itulah Ibu akan diinstruksikan untuk mengejan.

Jika belum ada bimbingan untuk mengejan dari bidan ataupun dokter, mohon jangan mengejan dahulu, ya. Pasalnya mengejan yang dilakukan sebelum diintruksikan atau sebelum pembukaan 10, akan membuat Ibu kelelahan. Alhasil, Ibu tidak dapat mengejan dengan baik ketika tiba saatnya harus mengejan. Bahkan, mengejan dapat menimbulkan pembengkakan / edema pada mulut rahim jika dilakukan ketika pembukaan belum lengkap.

Jadi, bila terasa ada dorongan untuk mengejan, tetapi pembukaan jalan lahir belum memenuhi syarat untuk mengejan, sebisa mungkin kurangi refleks mengejan tersebut. Caranya dengan melatih relaksasi otot-otot tubuh dengan menarik napas panjang melalui hidung dan menghembuskannya perlahan-lahan melalui mulut. Hal ini juga akan membantu mengalihkan perhatian terhadap rasa nyeri.

Selanjutnya, bila pembukaan sudah lengkap dan dokter pun sudah menginstruksikan untuk mengejan, barulah Ibu boleh mengejan.


Syarat-Syarat Kesiapan Mengejan Saat Melahirkan


Berikut ini adalah beberapa syarat kesiapan Ibu hamil untuk mengejan saat melahirkan :
  • Pastikan pembukaan lengkap dan janin sudah di dasar panggul.
  • Pastikan Ibu sudah mendapatkan kalori yang cukup agar kuat mengejan.
  • Ruangan yang nyaman (privasi terjaga).
  • Persalinan ditemani suami atau orang terdekat Ibu untuk memberikan semangat.


Cara Mengejan Yang Benar Saat Melahirkan


Setiap Ibu hamil yang akan menghadapi persalinan secara normal, perlu mengetahui cara mengejan yang benar saat melahirkan :
  • Persiapkan posisi yang benar, yaitu setengah duduk. Posisi ini membantu Ibu lebih nyaman sehingga dapat mengejan dengan baik.
  • Saat kontraksi mencapai puncaknya, Tarik kaki sejauh mungkin ke arah dada dengan posisi siku berada di lipat paha.
  • Mulailah mengejan saat diperintahkan oleh dokter/tenaga medis.
  • Buka mata Ibu, lihat ke arah perut.
  • Tarik napas dalam, lalu tahan sambil mengatupkan gigi, tetapi mulut sedikit terbuka.
  • Mengejanlah sekuat tenaga dan sepanjang mungkin (jangan pendek-pendek).
  • Saat kontraksi hilang, Ibu dapat beristirahat dengan mengkonsumsi minuman manis agar tetap terhidrasi dan mendapatkan kalori untuk mengejan.
  • Hindari berteriak karena hanya akan membuang energi yang ada dan Ibu pun jadi kelelahan.


Apa yang Akan Terjadi Jika Salah Mengejan?


Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat terjadi jika terjadi kesalahan ketika proses mengejan :
  • Risiko tersering adalah pembengkakan pada mulut rahim atau portio yang dapat menyebabkan jalan lahir tertutup.
  • Tekanan pada otot mata yang terlalu kuat. Jika mata tertutup pada saat mengejan, dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah, sehingga mata menjadi merah dalam beberapa hari setelah melahirkan.
  • Tekanan di leher, bukan di otot dasar panggul, dapat menyebabkan nyeri di sekitar leher.
  • Mengangkat bokong saat mengejan dapat menyebabkan robekan jalan lahir yang luas hingga mencapai anus.

Namun janganlah khawatir, bila Ibu mendengarkan instruksi tim medis, risiko-risiko ini dapat diminimalisir serendah mungkin.


Bila Tidak Kuat Mengejan


Ada beberapa faktor yang menyebabkan Ibu tidak kuat mengejan, di antaranya :
  • Usia Ibu lebih dari 35 tahun.
  • Keadaan kesehatan Ibu kurang optimal, misalnya kurang gizi selama hamil.
  • Ibu melahirkan dengan jarak terlalu dekat.
  • Ketakutan dan trauma mental ketika proses persalinan sebelumnya sehingga pada saat mengejan, tiba-tiba Ibu panik.
  • Ibu merasa kelelahan selama melalui tahap demi tahap proses persalinan.


Monday, March 21, 2016

Cara Mengatasi Nyeri Pada Tulang Panggul Pada Saat Hamil

nyeri panggul saat hamil, nyeri panggul pada ibu hamil, nyeri tulang panggul ibu hamil, nyeri tulang panggul pada ibu hamil, nyeri tulang panggul saat hamil, penyebab nyeri panggul pada ibu hamil, penyebab nyeri panggul pada wanita hamil, penyebab nyeri panggul saat hamil, cara mengatasi nyeri panggul pada ibu hamil, cara menghilangkan nyeri panggul saat hamil, mengatasi nyeri panggul pada ibu hamil, mengatasi nyeri panggul pada saat hamil, mengatasi nyeri panggul saat hamil, nyeri di panggul saat hamil, nyeri di tulang panggul saat hamil, nyeri pada panggul saat hamil, nyeri pada tulang panggul saat hamil, nyeri panggul ketika hamil
Rasa nyeri tulang panggul saat hamil memang bisa mengganggu aktivitas Ibu hamil sehari-hari. Namun, jangan khawatir, bisa diatasi, kok.

Ada yang menyebutnya nyeri pelvis atau dikenal pula dengan Symphisis Pubis Disfunction (SPD). Belakangan malah sering disebut sebagai Pain Girdle Pelvis (PGP). Yang jelas, baik SPD maupun PGP adalah sebutan untuk nyeri panggul. Jadi, keduanya sama, tidak ada perbedaan.

Umumnya, keluhan nyeri panggul saat hamil ditemukan pada 50-80% Ibu hamil. Kendati demikian, nyeri panggul bisa pula dialami oleh perempuan yang tidak hamil, bahkan juga kaum laki-laki yang umumnya disebabkan oleh cidera atau trauma.

Untuk nyeri panggul yang terjadi pada masa kehamilan, begini penjelasannya. Saat hamil, tubuh Ibu memproduksi hormon relaksin. Gunanya untuk melenturkan ligamen (jaringan antar sendi) sehingga nantinya mempermudah proses kelahiran bayi. Sayangnya, bagi Ibu hamil itu malah membuat pergerakan antar sendinya menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan sendi inilah yang menimbulkan keluhan nyeri.

Penyebab nyeri tulang panggul pada ibu hamil lainnya, yaitu berat badan yang meningkat saat kehamilan, peregangan dinding rahim akibat janin yang membesar dan posisinya dalam rahim; pengaruh dari bentuk rahim Ibu; perubahan pada bentuk atau proporsi tubuh akibat kehamilan; pengaruh bentuk tulang panggul atau postur tubuh Ibu; tekanan pada jaringan saraf di dasar panggul; tekanan pada pembuluh darah di dasar panggul; tekanan pada tulang pubis, dan kontraksi palsu hingga kontraksi prematur.


Variasi Keluhan Nyeri Panggul Saat Hamil


Nyeri panggul saat hamil biasanya mulai dirasakan saat rahim membesar dan keluar dari rongga panggul, sekitar usia kehamilan 16-18 minggu atau trimester kedua. Namun, keluhannya tidak spesifik, karena dirasakan di beberapa wilayah dan kadang melibatkan organ lain di luar pangggul, seperti bokong, selangkangan, perut bagian bawah hingga pangkal paha.

Umumnya, nyeri yang dirasakan berbeda-beda pada setiap Ibu hamil. Sebagian hanya merasakan seperti berdenyut tidak nyaman di selangkangan, sebagian lagi mengalami sakit parah hingga sulit berjalan. Demikian pula dengan frekuensi nyeri, ada yang berlangsung terus menerus, bahkan beberapa bisa memburuk pada saat menjelang persalinan. Meski begitu, nyeri pelvis bukan merupakan indikasi sesar, selama Ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

Inilah beragam keluhan atau gejala yang dialami dan dirasakan :
  • Sakit di wilayah kelamin, meski hanya disentuh.
  • Sakit pada bagian tulang ekor.
  • Sakit atau nyeri saat berguling ketika beralih posisi dari miring kiri ke kanan di tempat tidur.
  • Sakit ketika naik turun tangga, masuk dan keluar dari mobil, duduk atau berdiri, mengenakan pakaian, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri di satu kaki, dan lain-lain.
  • Nyeri di bokong turun ke kaki.
  • Kesulitan berjalan, terutama setelah bangun tidur.
  • Disfungsi kandung kemih (inkontinensia sementara pada saat perubahan posisi).
  • Nyeri lutut atau nyeri di bagian lain terkadang juga dapat menjadi efek samping masalah panggul.
  • Sesak di punggung bagian atas dan bertambah sakit ketika berjalan, naik atau turun tangga, atau bergerak di pembaringan.
  • Sakit kala bangun dari tidur untuk pergi ke toilet di tengah malam.


Pertolongan Atasi Nyeri Panggul Saat Hamil


Cobalah beberapa cara berikut ini untuk mengatasi nyeri panggul saat hamil :
  • Kompres bagian yang nyeri dengan air hangat atau air dingin.
  • Melakukan terapi akupunktur dan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) untuk merangsang keluarnya hormon penghilang rasa sakit yang diproduksi secara alami oleh tubuh akibat rangsangan listrik.
  • Kenakan celana apa pun dalam posisi duduk, bukan berdiri.
  • Lakukan senam kegel atau yoga untuk memperkuat otot dasar panggul.
  • Gunakan sabuk penyokong panggul khusus Ibu hamil.
  • Lakukan olahraga dalam air, namun hindari gaya dada saat berenang. Sesekali berendamlah di air.
  • Lakukan senam hamil untuk meredakan ketegangan otot. Cara ini ampuh mengurangi nyeri pinggang. Lakukan minimal 15 menit setiap harinya.
  • Mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang direkomendasikan dokter kandungan.


Persalinan Normal


Sering kali nyeri tulang panggul saat hamil membuat Ibu hamil berada dalam kesulitan saat memposisikan diri menghadapi persalinan. Itu sebabnya, masuk usia kehamilan 36 minggu, dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan pelvis untuk menentukan kemungkinan bisa tidaknya Ibu melahirkan secara normal.

Jika memang bisa melahirkan secara normal, maka posisi umum bersalin (litotomi) dapat diganti dengan posisi lain, seperti : miring ke kiri, jongkok, ataupun menungging. Pasalnya, Ibu hamil yang menderita nyeri panggul, umumnya tidak dapat membuka bagian paha lebar-lebar karena nyeri. Tentunya dibutuhkan penolong persalinan yang lebih berpengalaman.

Bila perlu dilakukan induksi, boleh saja, karena tidak ada perbedaan dengan yang normal. Namun, penggunaan forsep/vakum harus dilakukan oleh penolong yang terampil dengan Ibu hamil berada pada posisi miring.


Pencegahan Nyeri di Panggul Saat Hamil


Usai melahirkan, umumnya rasa nyeri itu akan hilang sendiri seiring dengan normalnya komposisi hormon dalam tubuh Ibu. Setidaknya 6 bulan setelah bersalin. Nah, karena adanya faktor hormonal ini, maka gejala atau gangguan yang sama bisa saja terulang bila Ibu kembali hamil.

Namun, jangan khawatir, karena sebenarnya Ibu dapat terhindar dari rasa nyeri panggul saat hamil dengan cara :
  • Istirahat cukup.
  • Tidak mengangkut atau mendorong beban berat.
  • Bekerja sama dengan ahli fisioterapi untuk melakukan latihan penguatan otot yang menyangga panggul serta sikap tubuh sehari-hari.
  • Kala menaiki tangga, lakukan satu demi satu langkah pada satu waktu.
  • Tidur dengan disangga. Cobalah tempatkan selimut di bawah panggul Ibu.
  • Ketika berjalan, postur tubuh tidak membungkuk. Tarik bahu ke belakang.
  • Tidur dengan posisi miring dengan tambahan bantal di antara lutut kaki yang ditekuk. Posisi ini mengurangi tekanan pada tulang belakang.
Semoga dengan langkah-langkah tersebut, Ibu dapat terhindar dari rasa nyeri di panggul saat hamil.

Monday, March 14, 2016

Cara Mengatasi Air Liur Berlebihan Pada Saat Hamil

cara mengatasi air liur berlebihan pada saat hamil, air liur berlebih saat hamil, cara mengurangi air liur saat hamil, mengatasi air liur berlebih saat hamil, air liur banyak ketika hamil, air liur banyak saat hamil, air liur banyak semasa hamil, air liur berlebih tanda hamil, air liur berlebihan pada ibu hamil
Pada saat hamil, seorang Ibu hamil biasanya mengeluarkan air liur terus menerus. Sungguh tak nyaman, ya bu. Namun, jangan khawatir. Nanti juga akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Selain itu juga terdapat cara mengatasi air liur berlebihan pada saat hamil.

Ya, di trimester awal kehamilan ini, bisa terjadi produksi air liur lebih banyak dari biasanya. Air liur berlebihan biasanya dialami pada trimester pertama kehamilan atau bisa juga saat memasuki trimester kedua. Setiap orang dewasa, normalnya memproduksi air liur sebanyak setengah sampai satu liter dalam sehari. Cukup banyak memang, tetapi kita tidak akan merasakan produksi yang sebanyak itu, karena akan langsung tertelan.

Nah, saat hamil, pada sebagian perempuan, produksi air liur ini bisa melebihi dari jumlah normal. Istilanya ptyalism atau slalorrhea. Wajar, kok, meski hingga kini para ahli baru sebatas menduga-duga penyebabnya.

Pertama, diduga perubahan komposisi hormon akibat kehamilanlah penyebabnya. Meningkatnya hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh menstimulasi kelenjar yang memproduksi air liur sehingga menyebabkan air liur berlebihan pada ibu hamil.

Kedua, akibat datangnya rasa mual dan ingin muntah di pagi hari (morning sickness). Ketika muncul rasa mual dan muntah, tubuh akan merespon dengan mengeluarkan air liur berlebih, sehingga Ibu jadi lebih sering meludah. Inilah yang menjadi penyebab air liur keluar berlebihan.

Ketiga, rasa tidak nyaman atau sakit yang berlebihan pada ulu hati yang dikenal merupakan gejala heartburn, juga dapat menjadi pencetus air liur banyak ketika hamil. Akibat adanya rasa sakit di ulu hati, mendorong cairan pada lambung yang bersifat asam menjadi naik. Sensor asam pada lambung ini dapat memicu munculnya air liur berlebih.

Air liur sendiri berfungsi untuk membasahi dinding pada kerongkongan yang dapat membantu dalam menetralisir rasa asam di lambung. Fungsi penting lainnya adalah menghasilkan enzim-enzim tertentu yang dapat membantu pencernaan, selain juga mengandung protein dengan antivirus, anti jamur, dan antibakteri yang dapat membantu dan melindungi gigi serta mulut.

Cara Mengatasi Air Liur Berlebihan Pada Saat Hamil


Tidak ada terapi khusus secara medis yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan air liur berlebih ini. Umumnya, air liur yang berlebihan akan berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan Ibu. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat air liur yang terlalu banyak di rongga mulut, ada beberapa cara mengatasi air liur berlebihan pada saat hamil yang dapat dilakukan :
  • Bersihkan rongga mulut secara rutin, pagi, siang dan sore. Utamanya sehabis makan, sikat gigi Ibu secara teratur dengan menggunakan pasta gigi rasa mint karena menyegarkan. Atau, sedikitnya kumur-kumur dengan air putih. Boleh juga menggunakan obat kumur yang aman untuk Ibu hamil, salah satunya obat kumur dari bahan-bahan herbal. Kondisi mulut yang kurang bersih menjadi salah satu penyebab munculnya rasa mual yang dapat memicu produksi air liur berlebihan pada Ibu hamil.
  • Hentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat meningkatkan kadar air liur dalam mulut, selain juga akan membahayakan kesehatan janin dalam kandungan Ibu. Jadi, setop merokok ya, bu!
  • Bahaya kekurangan minum. Minumlah sedikitnya 10 gelas sehari. Air minum menjadikan wilayah rongga mulut tidak kering. Pasalnya, kondisi kering di rongga mulut akan merangsang munculnya air liur. Selain itu, minum dapat mengatasi terjadinya dehidrasi akibat terlalu sering meludah. Bila perlu, variasikan dengan jenis minuman lain, seperti jus buah.
  • Mengunyah permen karet. Mengunyah permen karet rasa mint tanpa gula dapat mengatasi rasa mual dan mencegah produksi air liur berlebih. Gula yang berlebih sangat tidak baik, selain juga bisa menyebabkan rasa mual. Hindari pemen yang memiliki rasa asam karena malah merangsang air liur.
  • Mengisap jeruk lemon. Jeruk memiliki aroma segar sehingga dapat mengurangi rasa mual yang menjadi pemicu air liur berlebih. Atau, gunakan minyak esensial beraroma jeruk, teteskan pada tisu atau sapu tangan dan hirup aromanya.
  • Mengisap keping es atau berkumur dengan air dingin. Rasa dingin dapat mengurangi produksi air liur di mulut, selain juga memberikan rasa nyaman di rongga mulut.
Semoga dengan cara-cara di atas, air liur berlebihan pada ibu hamil bukan merupakan masalah lagi ya.


Monday, March 7, 2016

Hubungan Antara Proses Induksi Dalam Persalinan Dengan Resiko Autisme Pada Bayi

induksi persalinan, syarat induksi persalinan, persalinan induksi, persalinan dengan induksi, pengertian induksi persalinan, induksi dalam persalinan, induksi pada persalinan, induksi saat persalinan, definisi induksi persalinan
Tahun lalu, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Duke University of Durham melaporkan, bayi yang lahir dengan persalinan induksi mengalami peningkatan risiko autisme.

Menurut Simon Gregory, sang peneliti, 27% lebih anak-anak yang lahir dari Ibu dengan proses persalinan induksi, augmentasi, atau keduanya, berisiko terkena autisme. Penelitian tersebut menggunakan data kelahiran lebih dari 600 ribu anak yang lahir pada 1990-1998 di North Carolina, termasuk 5 ribu data anak yang didiagnosis autisme.

Induksi merupakan prosedur medis yang menghadirkan kontraksi rahim sebelum rahim menunjukkan tanda-tanda kelahiran atau sebelum terjadinya kontraksi. Sedangkan augmentasi adalah prosedur yang mempercepat proses persalinan dimana rahim sudah mengalami kontraksi terlebih dahulu namun berjalan lambat.

Dari penelitian tersebut terungkap, paparan hormon oksitosin yang digunakan dalam induksi persalinan dapat mempengaruhi sistem saraf bayi, yang mungkin saja berpengaruh dalam peningkatan risiko autisme. Terlebih ditambah dengan kondisi kesehatan Ibu yang bisa memperbesar risiko tersebut, seperti : usia, diabetes selama kehamilan, dan kelahiran prematur.

Coba, Ibu hamil mana yang tidak ciut hatinya mengetahui hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics pada 2014 itu?


Tidak Terbukti


Tenang saja, sudah ada studi terbaru yang menjelaskan bahwa induksi tidak meningkatkan risiko autisme pada anak. Studi terbaru tersebut dideklarasikan dalam konferensi tahunan Society for Maternal-Fetal Medicine pada 5 Februari 2015 di San Diego. Peneliti mengungkapkan bahwa proses induksi tidak berkaitan dengan peningkatan gangguan autisme pada anak.

Para peneliti yang merupakan dokter serta psikolog dari University of Utah tersebut menggunakan dan menganalisis data anak-anak kelahiran 1998-2006. Setelah membandingkan 2500 anak dengan gangguan autisme dan 166 ribu anak tanpa autisme, ditemukan bahwa anak-anak yang terkena induksi persalinan, augmentasi, atau keduanya, tidak mengalami peluang peningkatan autisme, baik pada anak laki-laki maupun perempuan.

Bahkan, peneliti telah menyesuaikan dengan faktor-faktor penting lain, seperti : kesehatan sang Ibu, status ekonomi keluarga, kondisi selama kehamilan, serta tahun kelahiran. Dengan demikian, studi terbaru berjudul “Autism Spectrum Disorder and Induced/Augmented Labor : Epidemiologic Analysis of a Utah Cohort” ini dianggap lebih valid dan relevan.

“Induksi persalinan merupakan strategi penting untuk meminimalkan risiko bagi Ibu dan bayi dalam beberapa situasi,” kata Erin AS Clrak, MD, penulis utama penelitian di University of Utah.

Tak dapat dipungkiri, pembahasan tentang autisme memang telah lama bergejolak di Amerika. Pasalnya, satu diantara 68 anak di sana mengalami gangguan autisme, sehingga cukup banyak peneliti yang mencoba mencari faktor-faktor yang memiliki kaitan dengan kondisi tersebut.

Jadi kesimpulannya, amankah  proses induksi tersebut?


Sesuai Indikasi


Seperti sudah dijelaskan di atas, induksi merupakan sebuah proses untuk merangsang kontraksi rahim dengan tujuan mempercepat proses kelahiran. Hal ini berarti, tak semua proses kelahiran membutuhkan induksi, kecuali bila Ibu dan atau buah hati berisiko mengalami komplikasi kesehatan jika bayi tak dilahirkan segera.

Salah satu kasus paling umum yang biasanya memerlukan induksi ialah saat Ibu belum juga merasakan kontraksi atau tanda-tanda persalinan, padahal usia kandungan sudah melewati HPL (hari perkiraan lahir) atau telah memasuki usia 41-42 minggu. Di usia tersebut, kualitas plasenta sudah sangat menurun, jumlah air ketuban juga semakin sedikit, sehingga bila bayi tak dilahirkan segera, ditakutkan akan mengurangi kesejahteraan bayi.

Induksi juga dilakukan apabila ketuban sudah pecah. Bila tak ada infeksi, bayi harus dilahirkan dalam waktu 12 jam atau 24 jam pasca ketuban pecah. Pasalnya, air ketuban yang pecah menandakan bayi sudah kehilangan “rumah” yang menjaganya dari berbagai macam bahaya, sehingga membuatnya terhubung langsung dengan dunia luar yang penuh bakteri, kuman, ataupun virus. Kondisi ini membuat bayi berisiko tinggi terkena infeksi atau komplikasi kesehatan lain bila tidak segera dilahirkan.

Induksi lainnya yang mengharuskan Ibu hamil mendapatkan induksi, yaitu : Ibu hamil mengalami penyakit preeklamsia, diabetes, lepasnya plasenta dari dinding rahim, serta kondisi lainnya yang membuat bayi perlu dilahirkan segera.

Nah, sudah jelas bukan, bila dilakukan sesuai indikasi, maka proses induksi terbilang aman.


Berakhir Dengan Sesar?


Tapi, kabarnya, kalau dilakukan induksi, ujung-ujungnya akan disesar juga?

Tidak selalu berakhir dengan sesar, kok. Selama Ibu hamil dan bayi dalam kandungan masih dalam kondisi sehat, induksi bisa terus dilakukan hingga bayi siap untuk dilahirkan secara normal.

Selama proses induksi, kesehatan bayi  memang bisa saja mengalami penurunan, walaupun jarang terjadi. Ada kemungkinan kontraksi buatan yang dihasilkan selama induksi menimbulkan rasa tak nyaman pada janin sehingga menyebabkannya stres. Bila tidak segera ditangani, janin bisa masuk dalam kondisi gawat, seperti kekurangan oksigen atau detak jantungnya melemah. Untuk menghindari hal tersebut, dokter akan terus memantau hasil CTG guna menentukan, apakah janin masih dalam kondisi baik atau tidak untuk dilanjutkannya proses induksi. Dengan demikian, bila jalan lahir tak membuka, padahal kesejahteraan bayi mulai menurun, bukan tak mungkin indksi akan berakhir pada operasi sesar.

Selain komplikasi kesehatan, faktor kesiapan Ibu hamil juga ikut menentukan berhasil atau tidaknya proses induksi untuk mencapai pembukaan lengkap. Pasalnya, induksi ditujukan untuk menciptakan rasa mulas dengan frekuensi yang dinaikkan secara bertahap, sehingga bukan tak mungkin Ibu akan tak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan. Itulah mengapa, tak sedikit Ibu hamil  yang berpendapat, mulas pada saat induksi lebih sakit daripada mulas pembukaan biasa. Apalagi, kontraksi memang “dibuat” lebih cepat ketimbang kontraksi yang terjadi secara alami. Nah, apakah Ibu mampu bertahan dengan rasa sakit tersebut? Jika Ibu merasa benar-benar tak kuat, biasanya induksi akan dihentikan dan dilakukan operasi sesar. Itu sebab, induksi perlu pengawasan yang ketat dari dokter.

Jadi, bukan berarti, kalau dilakukan proses induksi dalam persalinan, maka akan selalu diakhiri dengan operasi sesar. Selain itu, agar induksi berjalan lancar, sebaiknya Ibu juga memastikan semua tahapan yang harus dilalui dapat berjalan dengan semestinya. Apa saja tahapannya? Lihat video dibawah ini! Namun, perlu dipahami, tidak semua Ibu hamil yang pernah diinduksi akan melewati tahapan induksi yang sama, jenis dan waktu induksi bergantung pada kondisi Ibu maupun janin.



Monday, February 29, 2016

Cara Mendeteksi Kelainan Kromosom Pada Janin

deteksi kelainan kromosom pada janin, deteksi kelainan kromosom, cara mendeteksi kelainan kromosom, kelainan kromosom pada janin, kelainan kromosom pada kehamilan, kelainan kromosom, kelainan kromosom pada bayi
Dalam beberapa kasus, dokter akan melakukan pemeriksaan khusus untuk melihat kelainan yang mungkin terjadi pada janin. Salah satunya, pemeriksaan amniosintesis. Pemeriksaan amniosintesis adalah cara untuk mendeteksi kelainan kromosom pada janin.

Mendapati janin senantiasa dalam kondisi sehat pasti jadi dambaan semua Ibu hamil. Ada banyak cara yang bisa Ibu hamil lakukan untuk menjaga kesehatan sang buah hati, dari mengkonsumsi makanan bergizi, mengasup cairan yang cukup, rutin berolahraga, cek kehamilan rutin, hingga meminum vitamin khusus kehamilan yang diresepkan oleh dokter ahli kandungan.

Namun, adakalanya Ibu dan dokter memerlukan usaha lebih untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan janin, yaitu dengan mengambil sedikit sampel air ketuban. Proses ini dikenal dengan nama Amniocentesis (amniosentesis), yakni sebuah tindakan medis untuk mendiagnosis lebih dalam tentang kesehatan janin dalam kandungan melalui pengambilan sampel cairan ketuban yang mengelilingi janin. Umumnya, prosedur ini dilakukan di awal trimester kedua, tepatnya pada usia kehamilan sekitar 15-18 minggu.

Air ketuban diambil menggunakan jarum suntik berlubang kecil yang dimasukkan melalui perut ke dalam Rahim. Tentu saja, dokter akan melakukan bius lokal sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Selama pemeriksaan pun, dokter akan senantiasa memantau kondisi janin melalui USG (ultrasonografi) sehingga tindakan ini tak akan menyakiti janin Ibu.

Tujuan utama dilakukan amniosentesis ialah mendeteksi ada tidaknya kelainan kromosom yang mungkin dialami oleh bayi. Kromosom membawa gen yang mewariskan beberapa karakter orangtua kepada anaknya. Normalnya, seseorang akan memiliki 46 kromosom yang diwariskan oleh kedua orangtua. Kelainan kromosom pada janin bisa timbul bila sang bayi mengalami kekurangan atau kelebihan kromosom. Beberapa kelainan kromosom atau kelainan bawaan yang sifatnya kromosomal, di antaranya : sindrom Down, sindrom Turner, dan sindrom Klinefelter.

Salah satu kelainan kromosom pada bayi yang paling sering terjadi adalah, sindrom Down. Gangguan genetika ini menyebabkan keterbelakangan mental, sehingga dalam pertumbuhannya, anak akan mengalami perbedaan kemampuan belajar maupun perbedaan fisik tertentu dengan anak-anak lain pada umumnya.

Selain untuk mendeteksi kelainan kromosom pada janin, amniosentesis juga dilakukan untuk mendeteksi beberapa kasus lain, seperti : kemungkinan infeksi, mengetahui jenis kelamin janin saat pemeriksaan dengan USG tak bisa mendeteksi, mengetahui kematangan paru, maupun mengurangi jumlah air ketuban pada kasus air ketuban berlebih.


Ibu Hamil Yang Berisiko Mempunyai Kelainan Kromosom Pada Janinnya


Tentu saja, tidak semua Ibu hamil perlu untuk menjalani proses amniosentesis. Namun, bila Ibu mendapati minimal satu dari beberapa riwayat ini, ada baiknya segera dibicarakan dengan dokter ahli kandungan :
  • Ibu hamil dengan usia 35 tahun atau lebih. Pasalnya, bayi yang dilahirkan oleh perempuan usia di atas 35 tahun dinilai lebih berisiko mengalami kelainan kromosom.
  • Pernah memiliki anak dengan sindrom Down atau kelainan kromosom lain sebelumnya. Sangat penting untuk membicarakan hal ini kepada dokter ahli kandungan guna mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi pada anak kedua dan selanjutnya.
  • Memiliki anggota keluarga dekat yang mengalami kelainan kromosom. Tidak ada salahnya bila Ibu dan Ayah merunut kembali anggota keluarga sejak kini.
  • Ibu hamil maupun janin dengan kondisi kesehatan tertentu, sehingga dokter menyarankan untuk dilakukannya proses amniosentesis, seperti : infeksi, kasus ketuban berlebih, mengetahui kematangan paru, dan lainnya sesuai ajuan dokter.


Minimalkan Risiko Dengan Tepat


Komplikasi atau risiko dari tindakan amniosentesis bisa dibilang sangat minim jika dilakukan oleh tenaga medis  yang kompeten dan dijalankan dengan hati-hati. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter ahli kandungan sebelum menjalani tindakan ini, tentang apa saja keuntungan yang didapat, apakah sebanding dengan risiko yang mungkin timbul.

Beberapa risiko yang mungkin ditimbulkan oleh tindakan amniosentesis, antara lain : keguguran, terutama bila amniosentesis dilakukan pada usia kehamilan di bawah 15 minggu; trauma pada organ janin, apabila jarum suntik mengenai bagian tubuh janin; korioamnionitis atau infeksi selaput ketuban yang bisa berakhir dengan keguguran; serta kemungkinan terjadinya kelainan bentuk anggota gerak janin (talipes) walau sangat jarang terjadi.

Karena proses amniosentesis memiliki risiko, sebelum dilakukannya tindakan, rumah sakit biasanya meminta Ibu untuk melengkapi dan menandatangani dokumen yang berkaitan dengan tindakan, sehingga sebaiknya Ibu dan Ayah memahami isi ‘perjanjian’ yang tertera dalam dokumen tersebut.
Beberapa tahapan prosedur ini bisa menjadi acuan dalam mendapatkan proses yang aman.
  • Dokter akan melakukan anestesi lokal di daerah tindakan, yaitu bagian perut Ibu.
  • Dengan panduan USG, dokter akan mencari area yang aman, kemudian memasukkan jarum ke dalam perut Ibu menembus dinding perut, lalu dinding Rahim, dan akhirnya kantung amnion.
  • Air ketuban pun diambil, kurang lebih sebanyak 20 cc. air ketuban lantas dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Lama hasil pemeriksaan bisa berbeda, bergantung pada prosedur rumah sakit, biasanya sekitar 2-4 minggu.

Selain mendiskusikan manfaat dan risiko, Ibu dan Ayah juga disarankan untuk memikirkan langkah-langkah selanjutnya ketika hasil dari amniosentesis sudah keluar. Ibu dan Ayah bisa terus mendiskusikannya dengan dokter ahli kandungan dan anggota keluarga sebelum dan setelah proses amniosentesis berlangsung.


Perawatan Pasca Tindakan


Ibu hamil yang menjalam\ni tindakan amniosentesis tidak memerlukan perawatan khusus seperti rawat inap ataupun konsumsi obat-obatan. Ibu hamil bisa menjalani aktivitas seperti sediakala beberapa jam setelah proses tersebut selesai. Namun, bila Ibu hamil mengalami satu atau lebih kondisi ini pasca dilakukannya tindakan, segera hubungi dokter tanpa menunda :
  • Terjadi rembesan air ketuban dari vagina. Bila Ibu merasa miss V terus menerus lembab dan basah selain dari air kencing, kemungkinan besar telah terjadi kebocoran air ketuban.
  • Area Rahim atau perut bagian bawah mengalami sakit yang tidak biasa.
  • Terjadi flek atau perdarahan.
  • Komplikasi kesehatan lain, seperti : demam, nyeri pada anggota tubuh, serta mengalami mual dan muntah yang sering.

Monday, February 22, 2016

Apa Yang Dimaksud Dengan Kehamilan Kosong dan Cara Mengatasinya

kehamilan kosong, cara mengatasi kehamilan kosong, kehamilan kosong atau blighted ovum, kehamilan kosong blighted ovum, apa penyebab kehamilan kosong
Bagaimana bisa terjadi kehamilan kosong? Padahal hasil testpack menunjukkan positif hamil. Ibu juga merasa mual, nyeri pada payudara, dan tanda-tanda kehamilan lainnya. Tetapi, memasuki minggu ke 8 kehamilan, dokter menyatakannya sebagai kehamilan kosong. Kok, bisa ya?

Kehamilan kosong (blighted ovum / BO) atau kehamilan anembrionik adalah salah satu bentuk keguguran di awal kehamilan. Kondisi ini didiagnosis melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) dimana terdapat gambaran kantung kehamilan (biasanya ukuran lebih dari 20 mm) tanpa gambaran embrio yang berkembang di dalamnya.

Uniknya, saat hasil pemeriksaan menyatakan kehamilan itu kosong, sering kali Ibu masih tetap merasakan berbagai keluhan awal kehamilan, seperti mual, nyeri pada payudara, dan muntah-muntah. Bahkan, Ibu tidak merasakan adanya kelainan pada kehamilannya. Nah, ternyata keluhan-keluhan seperti itu tidak selalu menandakan janin berkembang dengan baik atau tidak, karena kenaikan kadar hormon kehamilanlah yang mempunyai peran.

Namun, pada beberpa kasus, ada pula yang disertai dengan flek-flek di awal kehamilan. Hal ini terjadi karena mekanisme tubuh secara alami berusaha mengeluarkan hasil konsepsi/pembuahan yang tidak normal. Keadaan ini biasanya ditemukan di usia kehamilan antara 8-13 minggu, saat pemeriksaan rutin kehamilan.

BO memang terjadi akibat pertemuan sel telur dan sel sperma hingga terjadi pembuahan. Lalu sel-sel itu membentuk kantung ketuban, plasenta dan hormon Human Chrionic Gonadtrophin (hCG). Hormon inilah yang memberi sinyal bahwa kehamilan sudah terjadi dengan tanda positif.

Kantung ketuban juga akan terus berkembang layaknya kehamilan normal, padahal sel telur yang telah dibuahi gagal untuk berkembang secara sempurna. Tak heran, BO akan dirasakan sebagai kehamilan yang normal.


Penyebab Kehamilan Kosong (BO)


Sebagian besar penyebab kehamilan kosong (BO) terjadi karena adanya kesalahan di awal pembentukan embrio, misalnya kelainan kromosom. Biasanya sangat jarang disebabkan oleh kelainan atau hal-hal lain yang terjadi pada kedua orangtua.

Tahun 2007, peneliti dari The National Center for Biotechnology Information (NCBI, bagian dari NLM : National Library of Medicine di Amerika Serikat) menganalisis bahan genetic dari hampir 100 BO dan menemukan lebih dari dua pertiga (2/3) dari mereka memiliki kromosom yang tidak normal. Dalam banyak kasus, telur atau embrio memiliki kromosom lebih banyak disbanding jumlah normalnya, yaitu 46, atau sebaliknya kekurangan kromosom.

Karena penyebab tersering kehamilan anembrionik ialah adanya kesalahan pada saat awal pembentukan embrio, yaitu kelainan kromosom yang bersifat acak, maka kejadian ini tidak dapat kita cegah. Kabar baiknya, biasanya kehamilan anembrionik merupakan kejadian acak sehingga sangat jarang terulang kembali.


Prosedur Mengatasi Kehamilan Kosong (BO)


Setelah dokter mendiagnosis terjadinya BO, ada beberapa pilihan untuk prosedur dan cara untuk mengatasi kehamilan kosong tersebut, yaitu manajemen ekspektatif, medikamentosa (istilah kedokteran berkenaan dengan obat-obatan dalam pengobatan atau perawatan penyakit), dan pembedahan (kuretase/kuret). Berikut penjelasannya :


Manajemen Ekspektatif. Dapat dipilih bila tidak ada perdarahan aktif, tanda infeksi, serta Ibu Bapak sudah mendapatkan penjelasan mengenai kemungkinan rasa nyeri atau perdarahan yang dapat muncul di rumah selama proses menunggu dan memutuskan.

Indikator dari manajemen ekspektatif ditentukan oleh keadaan umum Ibu dan pekembangan kondisi kehamilan dalam kurun waktu dua minggu ke depan, jika terdapat hal-hal yang mengganggu atau Ibu berubah pikiran, maka perlu dipertimbangkan terapi pembedahan.


Manajemen Medikamentosa. Manajemen ini juga hanya dapat dilakukan apabila tidak ada perdarahan aktif pada Ibu ataupun tanda infeksi. Ibu dan Bapak juga harus mengetahui kemungkinan rasa nyeri berlebihan dan perdarahan yang dapat terjadi selama pemberian obat. Ibu juga harus mengetahui kemungkinan efek samping yang dapat terjadi pasca pemberian obat, seperti : mual, muntah, dan diare (biasanya mencapai 40%).

Selama pemberian obat, sebaiknya Ibu dirawat inap di rumah sakit. Kalaupun dirawat jalan, perlu mendapat penjelasan detail mengenai kondisi gawat darurat yang dapat terjadi serta cara mencari pertolongannya. Bila hasil konsepsi tidak juga keluar dalam satu minggu, perlu dilakukan tindakan pembedahan.


Manajemen Pembedahan (Kuretase). Pada manajemen ini terdapat kelebihan dibandingkan dua prosedur sebelumnya, yaitu lebih sedikit darah yang dikeluarkan dan durasinya lebih cepat. Kuret isap memiliki angka keberhasilan 100%. Walaupun demikian, kuretase memiliki risiko adanya perforasi (pelubangan) rahim, infeksi, ataupun risiko dari pembiusan.


Kapan Bisa Hamil Lagi


Untungnya, kehamilan kosong (BO) tidak berpengaruh pada rahim atau kesuburan. Jadi, Ibu dapat kembali hamil normal. Setelah menjalani pembersihan sisa konsepsi/kehamilan, Ibu akan menjalani periode seperti nifas pascapersalinan, tetapi lebih singkat dari kehamilan normal. Setelah proses itu, kesuburan Ibu dapat segera kembali. Ada baiknya sebelum memutuskan untuk hamil yang berikutnya, konsumsi suplemen asam folat sesuai anjuran dokter.

Waktu hamil yang tapat setelah keguguran sering diperdebatkan di dunia medis, semuanya memiliki pendapat masing-masing. World Health Organization (WHO, Organisasi Kesehatan Dunia) menganjurkan jeda waktu setidaknya selama enam bulan sebelum mencoba hamil kembali. Anjuran ini berdasarkan penelitian yang dilakukan para peneliti dari University 0f Aberdeen, Inggris, yang disimpan oleh Chief Scientist Office di Skotlandia dan dipublikasikan oleh British Medical Journal. Penelitian yang dilakukan pada 30.000 perempuan Skotlandia ini menerangkan, perempuan yang mengalami kehamilan dalam jarak waktu enam bulan setelah keguguran dapat mengurangi risiko keguguran untuk kedua kalinya di kehamilan berikutnya.

Akan tetapi, peelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Yang paling penting, penelitian tidak menyebutkan apakah penundaan antara kehamilan dan keguguran berikutnya adalah karena pasangan memilih untuk menunggu sebelum mencoba lagi atau disebabkan oleh kesulitan terjadinya pembuahan. Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan, kehamilan bisa sukses segera setelah keguguran. Meskipun begitu, kesehatan fisik serta emosional Ibu dan Ayah harus disiapkan dengan baik sebelum mencoba hamil lagi. Sekaligus meningkatkan kemungkinan kehamilan sehat di kehamilan berikutnya.


Dampak Kehamilan Kosong (BO)


Mengalami keguguran, baik itu di periode sangat awal kehamilan maupun sudah lebih lanjut, tentu dapat menimbulkan stress, baik Ibu maupun Ayah, terutama ketika Ibu dan Ayah sudah mengharapkan hadirnya si buah hati.

Ya, setiap anak yang tidak sempat lahir, bahkan ketika ia masih berbentuk embrio, memang tak akan tergantikan oleh anak berikutnya. Namun, yakinlah bahwa ini merupakan proses seleksi alam yang terbaik. Yakinlah, pengalaman ini akan semakin membuat Ibu dan Ayah kuat dan bersyukur kala mendapatkan kehamilan normal di waktu berikutnya. Kita memang bisa merencanakan, tapi hanya Tuhan yang Maha menentukan. Yang terpenting, kita harus yakin, Tuhan selalu memberi jalan yang terbaik bagi kita.

Monday, February 15, 2016

Tips Cara Menjaga Kehamilan Agar Tetap Sehat dan Kuat Sampai Melahirkan

Tips Cara Menjaga Kehamilan Agar Tetap Sehat dan Kuat Sampai Melahirkan, cara sehat ibu hamil, kehamilan yang sehat, kehamilan sehat, cara menjaga kehamilan agar tetap sehat, menjaga kehamilan agar tetap sehat, tips hamil sehat sampai melahirkan, tips menjaga kehamilan agar tetap sehat, tips agar kehamilan sehat dan kuat, tips agar hamil sehat
Kehamilan yang dianggap membahagiakan tidak bisa dilepaskan dari kehamilan yang sehat dan kuat sampai saat melahirkan. Untuk itu, ada 5 langkah penting yang harus Ibu perhatikan dan lakukan seperti berikut ini :


Langkah 1 : Konsumsi Makanan Bernutrisi Seimbang


Ibu adalah satu-satunya sumber nutrisi si kecil di dalam kandungan. Untuk itu, dianjurkan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang agar tercukupi kebutuhan akan zat-zat gizi bagi diri Ibu hamil sendiri dan terlebih lagi untuk janin yang sedang tumbuh dan berkembang di dalam kandungan.
Kekurangan nutrisi, baik makro (karbohidrat, protein, lemak) maupun mikro (vitamin, mineral), akan berdampak pada kualitas kesehatan Ibu sendiri dan anak yang dilahirkan kelak.

Nutrisi makro adalah zat pembentuk tubuh dan sumber energi. Kurang akan nutrisi makro berpengaruh terhadap berat badan (BB). Ibu menjadi kurus dan lemas. Idealnya, kenaikan BB adalah 1-2 kg/bulan. Selain itu, supply nutrisi dari Ibu kepada janin juga akan berkurang, sehingga membuat janin memiliki berat badan tidak normal, pertumbuhan janin pun akan terhambat dan pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kecerdasannya juga.

Bila kekurangan nutrisi mikro, utamanya zat besi dan asam folat, janin akan berisiko cacat. Satu dari dua Ibu hamil di Indonesia, terindikasi menderita anemia (kurang darah), HB-nya kurang dari 10. Studi yang dilakukan oleh SEAFAST Center IPB pada 2011 juga menunjukkan lebih dari 60% Ibu hamil di Indonesia memiliki asupan nutrisi mikro (seperti : zat besi, vitamin A, vitamin C, asam folat, dan seng) yang rendah. Maka dari itu, dokter kandungan harus memberikan tambahan zat besi kepada Ibu hamil. Jika tidak, Ibu dan janinnya akan kekurangan gizi. Sedangkan kita tahu, gizi otak/IQ bayi itu perlu oksigen yang diperoleh dari darah/zat besi dan asam folat yang berperan dalam membantu mengurangi risiko Neural Tube Defect (cacat otak dan tabung saraf) pada janin di dalam kandungan.
Nah, untuk memenuhi kecukupan nutrisi Ibu hamil, yang terpenting adalah harus makan teratur dan mengkonsumsi makanan beraneka ragam dalam porsi yang seimbang. Jadi, jangan hanya banyak mengkonsumsi karbohidrat (seperti : nasi, roti, kentang), tetapi juga harus mencoba bermacam-macam makanan sehat, yaitu sayuran hijau (kaya akan asam folat dan besi), protein dan lemak hewani (ikan, telur dan daging) dan nabati (kacang-kacangan, minyak zaitun), serta buah-buahan.

Bagaimana dengan susu? Susu bisa menjadi pelengkap nutrisi, terutama untuk Ibu hamil yang mengalami gangguan kurangnya asupan di trimester pertama akibat mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Umumnya, susu kehamilan sudah mempunyai komposisi yang baik untuk Ibu hamil, diantaranya zat besi (mencegah anemia, kelahiran dini, dan berat bayi lahir rendah), asam folat (berperan penting dalam pembentukan saraf dan otak janin), kalsium (berperan dalam pembentukan dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi), dan asam linoleat alias omega-6 (bersama dengan omega-3 berperan dalam pembentukan pembungkus saraf). Konsumsi segelas susu khusus kehamilan dapat membantu memenuhi kecukupan gizi Ibu hamil demi terwujudnya kehamilan yang sehat.


Langkah 2 : Secara Teratur Periksa Kehamilan


Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya risiko selama kehamilan. Misal, si Ibu mempunyai hipertensi (darah tinggi), bisa berisiko mengalami preeklamsia. Nah, dengan melakukan periksa hamil, tekanan darahnya akan terpantau, sehingga dapat terhindar dari preeklamsia. Sementara pada janin, dengan alat USG, bisa diketahui standar tumbuh kembang janin, posisi/letak janin, dan ada tidaknya gangguan perkembangan janin. Bila diketahui ada masalah/gangguan, bisa dilakukan penanganan yang tepat oleh dokter kandungan.

Dianjurkan periksa hamil setiap bulan atau minimal 4 kali selama kehamilan. Agar tidak lupa kontrol ke dokter, siapkan jadwal kapan harus cek ke dokter, cek darah, dan lain-lain. Juga, siapkan daftar pertanyaan untuk disampaikan kepada dokter. Saat periksa hamil, sampaikan juga keluhan-keluhan yang dirasakan/alami, semisal kaki bengkak, gerakan janin berkurang atau malah terlalu aktif, sesak napas, pusing dan sebagainya. Untuk itu, carilah dokter yang kooperatif jika diberikan pertanyaan-pertanyaan dan mau mendengarkan keluhan-keluhan dari Ibu hamil, serta dapat selalu memberikan tips menjaga kehamilan agar tetap sehat.


Langkah 3 : Menerapkan Gaya Hidup Sehat


Hentikanlah kebiasaan merokok dan minum minuman yang mengandung alkohol. Selain menyebabkan gangguan jantung pada Ibu hamil, rokok juga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin sehingga berat bayi lahir rendah (BBLR). Sementara alkohol dapat menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome (FAS), ditandai dengan pertumbuhan janin yang tidak normal, wajah bayi yang abnormal, dan kerusakan susunan sistem saraf.

Lakukan olahraga rutin dan tidur/istirahat yang cukup. Kurang tidur dan olahraga bisa menyebabkan gangguan kesehatan akibat daya tahan tubuh Ibu selama masa kehamilan yang kurang.


Langkah 4 : Menerapkan Pola Hidup Bersih


Selama masa kehamilan daya tahan Ibu hamil mudah menurun, sehingga rawan terserang penyakit. Untuk itu, menjaga kebersihan diri sangat penting, seperti : mencuci tangan sebelum makan dan menjaga kebersihan organ intim agar terhindar dari keputihan.


Langkah 5 : Memberikan Stimulasi Pra Lahir


Stimulasi pra lahir bermanfaat untuk merangsang persalinan agar lahir tepat waktu/sesuai usia kehamilan. Stimulasi pra lahir dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau berhubungan seks agar terjadi kontraksi, bisa juga dengan proses induksi (menggunakan obat melalui infus). Tentu stimulasi pra lahir dilakukan bila sudah terdapat tanda-tanda persalinan atau sudah tiba HPL (hari perkiraan lahir), tetapi bayi tidak kunjung lahir.

Tuesday, February 9, 2016

Apa yang Dimaksud Dengan Kehamilan Resiko Tinggi ?

kehamilan resiko tinggi, latar belakang kehamilan resiko tinggi, kehamilan risiko tinggi, kehamilan beresiko tinggi, faktor resiko tinggi kehamilan, kehamilan resiko tinggi ibu hamil, kehamilan berisiko tinggi, penyakit kehamilan resiko tinggi, faktor resiko tinggi pada kehamilan, tanda tanda kehamilan resiko tinggi, pengertian kehamilan risiko tinggi, kriteria kehamilan beresiko tinggi
Baru mendengar mengenai kehamilan resiko tinggi saja sudah bikin hati menciut, apalagi jika harus menjalaninya. Namun, jangan khawatir, ada acara untuk memperkecil resikonya.

Secara sederhana, kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan komplikasi pada Ibu, bayi, maupun keduanya. Ada sejumlah faktor resiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan alias kehamilan beresiko tinggi, yaitu :


Faktor-Faktor Resiko


Usia Saat Hamil. Ibu yang hamil di bawah usia 17 tahun atau di atas 35 tahun lebih berpotensi mengalami komplikasi kehamilan. Resiko keguguran dan kelainan genetik akan meningkat jika Ibu hamil di atas usia 40 tahun. Sementara, organ reproduksi yang belum matang pada Ibu hamil di bawah usia 17 tahun akan meningkatkan resiko kelahiran prematur.

Penyakit Yang Menyertai Sebelum Kehamilan. Kehamilan dikategorikan kehamilan beresiko tinggi bila Ibu memiliki tekanan darah tinggi, gangguan ginjal, gangguan jantung, diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, asma, kanker, hingga talassemia. Begitu pula jika Ibu memiliki masalah obesitas atau sebaliknya, berat badan rendah (underweight), juga mengalami masalah infeksi akut, seperti infeksi akibat penyakit menular seksual.

Riwayat Kesehatan. Ibu dengan riwayat keguguran berulang, pernah mengalami komplikasi pada kehamilan sebelumnya atau riwayat penyakit kelainan genetik dalam keluarga, berpotensi mengalami kehamilan beresiko tinggi. Ada kemungkinan kejadian tersebut berulang pada kehamilan berikutnya. Begitu pula jika Ibu pernah mengalami trauma/benturan hebat yang mempengaruhi organ reproduksi, semisal benturan pada panggul sehingga membuat panggul menjadi sempit.

Kehamilan Kembar. Kehamilan kembar meningkatkan resiko perdarahan pada saat prose persalinan terjadi. Selain itu, umumnya ukuran bayi tidak akan sama, yang satu akan lebih kecil dari yang lain dan posisinya pun melintang. Kemungkinan kelahiran dini atau prematur akan meningkat dalam kehamilan kembar. Selain karena faktor keturunan, Ibu yang hamil melalui program bayi tabung juga berpotensi mengalami kehamilan kembar.

Riwayat Kelahiran Prematur. Disebut prematur jika bayi lahir sebelum usia 37 minggu. Kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya bisa berulang pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, Ibu hamil dengan riwayat kelahiran prematur digolongkan memiliki kehamilan beresiko tinggi. Sementara, kelahiran prematur itu sendiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya infeksi pada Ibu hamil dan mulut rahim yang memendek sebelum waktunya (inkompetensi serviks), selain factor riwayat kelahiran prematur itu sendiri.


Komplikasi Kehamilan


Selain faktor-faktor resiko, komplikasi kehamilan juga bisa membuat kehamilan digolongkan beresiko tinggi. Pada awalnya kehamilan berjalan sehat tanpa masalah apa pun, tetapi di tengah perjalanannya, muncul komplikasi yang mengubah status kehamilan menjadi beresiko tinggi. Ini beberapa komplikasinya :

Preeklamsia. Usia muda, riwayat preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada kehamilan sebelumnya, malnutrisi, kehamilan kembar, kehamilan mola hedatidosa, serta Ibu hamil dengan kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, kelainan tiroid, gangguan ginjal, diabetes, maupun penyakit lupus bisa meningkatkan resiko preeklamsia. Bila wajah dan tangan Ibu tiba-tiba sangat membengkak, bisa jadi hal tersebut merupakan gejala preeklamsia. Begitu pula jika tekanan darah Ibu tiba-tiba melonjak tinggi. Dokter ahli kandungan akan memastikan diagnosis melalui pemeriksaan tekanan darah dan urine.

Plasenta Previa. Kondisi ini terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Semestinya plasenta tumbuh di bagian atas rahim, tetapi karena sejumlah faktor, plasenta tumbuh di bagian bawah rahim. Bila Ibu mengalami perdarahan melalui vagina tapi tanpa rasa nyeri, bisa jadi itu salah satu gejalanya. Plasenta previa dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG setelah minggu ke 12 kehamilan.

Diabetes Kehamilan (Gestational Diabetes). Sebanyak 18% Ibu hamil mengalami diabetes kehamilan. Hal ini disebabkan perubahan hormonal yang terjadi saat hamil. Jika kadar darah Ibu hamil tidak dikontrol, janin berat badan lahir bayinya nanti bisa melebihi 4 kg. Berat badan besar seperti ini meningkatkan resiko bayi tersangkut saat persalinan dan resiko bayi mengalami penyakit degeneratif di masa depan (saat dewasa), seperti : diabetes, jantung, dan obesitas. Selain itu, diabetes kehamilan juga meningkatkan resiko preeklamsia, kelahiran prematur, hingga resiko diabetes menetap dan penyakit jantung pascapersalinan pada Ibu.

Menurut penelitian yang dilakukan University California of San Fransisco, jumlah kehamilan beresiko tinggi sebetulnya hanya 6-8% dari semua kehamilan. Jika dengan membaca penjelasan tadi Ibu merasa termasuk dalam beresiko tinggi, ambilah langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kesehatan diri serta janin di kandungan.


Apa Yang Harus Dilakukan Dengan Kehamilan Resiko Tinggi?


Melakukan kontrol teratur pada dokter kandungan dan kebidanan (obstetric dan ginekologi/obgin) merupakan suatu keharusan. Misal, jika Ibu telah memiliki riwayat kelahiran prrematur, dokter akan memeriksa apakah Ibu mengalami inkompetensi serviks. Jika ya, maka dokter akan melakukan pengikatan mulut rahim untuk mencegah mulut rahim memendek dan terbuka sebelum waktunya.

Bila Ibu diketahui memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes mellitus atau tekanan darah tinggi, dokter akan memberi cara mengontrolnya. Begitu pula jika Ibu diketahui mengidap penyakit jantung, infeksi, kelainan kromosom, atau obesitas.

Dalam menangani sebuah kehamilan beresiko tinggi, biasanya dokter kandungan akan bekerja sama dengan dokter spesialis lain, semisal spesialis penyakit jantung jika Ibu hamil mengidap gangguan jantung.

Segera setelah tahu kondisi kehamilan termasuk beresiko tinggi, berkonsultasilah pada dokter kandungan sub spesialis fetomaternal. Dokter sub spesialis ini mempunyai keahlian mendiagnosis atau mendeteksi kelainan pada janin (fetus) atau Ibu (materna). Pemeriksaan fetomaternal meliputi deteksi dini kelainan genetic dan kromosom pada janin hingga pemeriksaan kelainan darah seperti talassemia.

Selanjutnya, agar selalu dapat memantau kesehatan kehamilan, Ibu harus rutin memeriksakan diri pada dokter kandungan dan melakukan minimal empat kali pemeriksaan USG selama masa kehamilan. Segera komunikasikan pada dokter jika Ibu hamil merasakan gangguan kesehatan, sekalipun belum tiba saatnya jadwal untuk kembali kontrol rutin kehamilan.

Dokter kandungan yang baik akan menginformasikan segala gejala yang perlu diwaspadai terkait kondisi kesehatan Ibu. Misalnya, jika Ibu mengidap tekanan darah tinggi, dokter akan meminta Ibu segera ke dokter jika mengalami pusing hebat, pandangan kabur, dan muncul rasa mual, karena itu semua merupakan sebagian gejala preeklamsia. Dengan kontrol yang teratur, diharapkan resiko yang ada tentunya bisa ditekan.

Monday, February 1, 2016

Mungkinkah Ibu Yang Hamil Tapi Calon Ayah Ikut Ngidam ?

ayah ikut ngidam,ayah ngidam,calon ayah ngidam,ibu hamil ayah ngidam,ngidam pada ayah
Ayah ikut ngidam. Mungkinkah? Mual muntah, sulit tidur, nafsu makan berkurang, cepat lelah dan mengantuk, emosi yang naik turun hingga mengidam makanan tertentu adalah cerita yang biasa kita dengar saat Ibu menjalani kehamilan di trimester pertama. Namun, adakalanya Ayah pun mengalami gejala-gejala kehamilan ini. Ada yang hanya merasa jadi sering mengantuk seperti istrinya yang hamil, ada pula yang sampai mengalami muntah-muntah hebat. Ternyata, banyak juga Ayah yang mengalaminya. Kok, bisa ya?

Fenomena ini bernama sindrom couvade. Couvade berasal dari Bahasa Perancis “couver” yang artinya mengerami atau menetaskan. Istilah ini digunakan pertama kali oleh seorang antropolog, Edward Burnett Tylor, pada 1865. Ia menggunakan istilah itu untuk mendeskripsikan harapan atau kecemasan mengenai kelahiran bayi pada komunitas primitif.

Kendati namanya terdengar asing di telinga, cukup banyak Ayah yang mengalami fenomena ini. Peneliti Dr. Arthur Brennan dari Kingston University di London pada 2007 mempelajari 282 laki-laki yang akan mempersiapkan diri menjadi Ayah. Hasil yang didapatkan, sekitar 55% laki-laki ini turut mengalami gejala yang biasanya dialami oleh sang istri saat hamil. Sejumlah penelitian lain mencatat sebanyak 25-52% calon Ayah di Amerika ikut merasakannya. Bahkan di Thailand, angka Ayah yang mengalaminya diperkirakan mencapai 61%.

Dari berbagai kasus sindrom couvade atau Ayah ngidam yang terjadi, gejalanya meliputi fisiologis dan psikologis. Gejala fisiologis, misalnya mual, rasa nyeri di perut, kembung, perubahan nafsu makan, gangguan pernapasan, sakit gigi, kaki kram, sakit punggung hingga iritasi organ genital atau saluran kencing. Sedangkan gejala psikologis, contohnya perubahan pola tidur, kecemasan, depresi, gelisah, dan berkurangnya libido.


Simpati Kelewat Besar


Ternyata, sindrom couvade lebih disebabkan oleh factor psikologis. Ayah seolah-olah mengalami gejala kehamilan karena rasa simpati yang kelewat besar pada kondisi Ibu. Itu sebabnya, sindrom couvade juga sering disebut sebagai kehamilan simpatik (symphatetic pregnancy). Perasaan simpati ditandai dengan kemampuan merasakan apa yang dialami, dilakukan, dan diderita oleh orang lain.

Seorang Ayah yang akan menyambut kedatangan sang buah hati, umumnya dilanda perasaan gembira dan bersemangat. Namun, bersamaan dengan itu, ada juga rasa cemas, khawatir dan tegang menghadapi persalinan, serta tanggung jawab sebagai seorang Ayah. Ketika berbagai emosi ini menguasai pikiran seorang Ayah, efeknya antara lain bisa memunculkan keluhan yang bersifat fisiologis. Misalnya, keluhan mag sering kali jika diperiksa lebih seksama, penyebabnya asalah perasaan cemas dan tegang berlebihan. Inilah yang membuat sindrom couvade juga dapat disertai gejala fisiologis.

Sindrom couvade biasanya muncul pada trimester pertama dan ketiga kehamilan. Pasalnya, pada periode ini umumnya Ibu lebih banyak mengalami keluhan. Dengan sendirinya, Ibu pun lebih banyak menceritakan keluhan ini kepada Ayah. Adanya “serbuan” keluhan ini dapat menstimulasi Ayah, sehingga bersimpati dengan kadar yang tinggi dan mengakibatkan Ayah seolah-olah ikut mengalami keluhan tersebut. Sindrom couvade biasanya menurun pada trimester kedua, karena kehamilan Ibu lebih berjalan “damai” pada periode ini.

Meski sindrom couvade umumnya menghilang setelah kelahiran sang buah hati, bisa saja Ayah kembali mengalaminya saat menunggu kelahiran anak kedua, ketiga, dan seterusnya. Sebaliknya, mungkin juga Ayah tidak mengalaminya saat menunggu kelahiran anak pertama, tapi mengalaminya ketika Ibu hamil anak kedua. Makin dalam Ayah terlibat dengan kehamilan Ibu, makin besar peluang Ayah mengalami sindrom ini. Misalnya, Ayah yang mengalami tingkat kekhawatiran tinggi karena kehamilan Ibu berisiko tinggi akan lebih mungkin ikut mengalami gejala-gejala kehamilan dibandingkan Ayah yang tingkat kecemasannya rendah.


Atasi Dengan Logika


Bila sindrom ini tidak terlalu mengganggu rutinitas Ayah, nikmati saja sebagai bagian dari menunggu proses kelahiran sang buah hati. Lain hal bila sudah berlebihan dan dirasakan mengganggu, tentu saja Ayah harus mencari jalan untuk dapat mengatasinya.

Saat muncul rasa simpati, yang dominan berperan adalah aspek perasaan atau emosional dari seorang Ayah. Emosi dikontrol oleh system limbik pada otak manusia. Ketika system limbik bekerja dengan sangat aktif, korteks prefrontal yang mengatur logika di bagian otak depan akan menjadi lemah. Karena itu, ketika sindrom couvade menyerang, Ayah harus dapat berpikir dengan logis dan menyadari semua tindakan Ayah. Aktifkan kembali korteks prefrontal supaya dapat meredam emosi yang berlebihan tadi.

Misalnya, di waktu tengah malam Ayah merasa sangat ingin mengudap makanan tertentu seperti layaknya seorang Ibu yang sedang mengidam. Padahal, sudah tidak mungkin ada penjual makanan tersebut di tengah malam seperti itu. Untuk meredakan keinginan “mengidam” tersebut, Ayah harus kembali berpikir dengan logis bahwa yang sedang hamil dan mengalami gejala-gejala kehamilan adalah Ibu, bukan Ayah. Tekankan pikiran bahwa tengah malam begitu kehadiran Ayah lebih dibutuhkan di sisi Ibu untuk menemani dan melindungi Ibu di rumah, bukan malah berkeliaran di luar rumah menuruti keinginan mencari makanan.

Ibu pun dapat mengingatkan Ayah jika melihat sindrom couvade atau ngidam pada Ayah yang dialami mulai terasa mengganggu. Namun, Ibu juga jangan sampai marah-marah dan emosi yang berlebihan. Kondisi demikian hanya akan menambah runyam keadaan rumah tangga.

Bila Ibu merasa tidak mampu mengingatkan Ayah mengenai sindrom couvade yang dialaminya, coba minta bantuan teman-teman Ayah sesama Ayah untuk berbicara dari hati ke hati. Menurut sebuah penelitian, seorang Ayah lebih mudah dipengaruhi oleh sesama Ayah dibandingkan oleh istri, orangtua, ataupun tenaga kesehatan. Teman-teman Ayah yang saling berbagi cerita dan mengingatkan Ayah dapat membantunya untuk dapat lepas dari sindrom couvade yang menyerangnya ini.

Monday, January 25, 2016

Waspadai 10 Tanda-Tanda Akan Melahirkan Dalam Waktu Dekat

tanda akan melahirkan dalam waktu dekat,tanda tanda melahirkan,tanda tanda mau melahirkan,tanda tanda akan melahirkan,tanda melahirkan,tanda-tanda melahirkan sudah dekat,tanda tanda melahirkan normal,tanda melahirkan sudah dekat,tanda akan melahirkan normal,tanda2 melahirkan,tanda tanda ibu mau melahirkan,tanda tanda orang mau melahirkan,waspadai tanda tanda ibu melahirkan
Saat usia kehamilan Ibu sudah cukup bulan, artinya si kecil bisa lahir kapan saja. Kenalilah seperti apa tanda-tanda melahirkan, agar Ibu tahu apakah harus segera ke rumah sakit atau masih bisa menunggu di rumah.

Umumnya, masa kehamilan berlangsung selama 9 bulan 10 hari atau 38-42 minggu. Memasuki bulan ke 9, Ibu hamil biasanya sudah bersiap untuk menghadapi datangnya waktu persalinan. Saat usia kehamilan mencapai 38 minggu, berbagai tanda-tanda melahirkan sudah dekat mulai bermunculan.

Tanda-tanda akan melahirkan dalam waktu dekat bisa terjadi di waktu berbeda. Ada yang muncul sejak beberapa minggu sebelum persalinan, ada juga yang baru terasa beberapa hari ataupun beberapa jam sebelum persalinan. Agar Ibu mengetahui bahwa si kecil sudah ingin benar-benar dilahirkan, mari kenali berbagai tanda persalinan secara lebih mendalam.


Nyeri di Bagian Selangkangan


Rasa nyeri ini muncul karena tubuh Ibu tengah melepaskan hormon relaksin dalam jumlah maksimal, biasanya di usia kehamilan 38-40 minggu. Relaksin adalah hormon yang berfungsi melunakkan dan meregangkan ligamen atau sambungan tulang, sehingga timbul celah di antara kedua tulang panggul, sebagai salah satu bentuk persiapan tubuh dalam menyediakan jalan lahir bagi janin.

Selain pada ligamen, pelunakkan juga terjadi pada sendi-sendi di area panggul (pelvis). Inilah yang memicu timbulnya sensasi aneh dan tidak nyaman alias rasa sakit yang Ibu hamil rasakan di panggul, pinggul, paha, dan bokong. Rasa nyeri di bagian selangkangan merupakan salah satu pertanda persalinan sudah dekat. Namun, jika tidak dibarengi dengan pertanda lain, kemungkinan Ibu belum akan melahirkan dalam beberapa jam ke depan.

Jika rasa nyeri tersebut sangat hebat, sebaiknya segera periksakan ke rumah sakit. Pada sebagian kecil Ibu hamil, nyeri hebat di bagian selangkangan bisa menjadi indikasi dari suatu kondisi yang disebut Symphysis Pubis Dysfunction (SPD), yakni ketika celah yang terbentuk akibat peregangan di antara kedua tulang panggul cukup lebar. Setelah persalinan, tubuh berhenti melepaskan relaksin sehingga nyeri di sekitar selangkangan umumnya akan hilang dengan sendirinya.


Sering Buang Air Kecil


Di trimester ketiga, rahim makin besar dan kian menekan organ-organ di sekelilingnya, termasuk kandung kemih. Akibat adanya tekanan tersebut, kapasitasnya untuk menyimpan urine pun berkurang. Hal ini menyebabkan frekuensi buang air kecil Ibu hamil semakin tinggi.

Ditambah lagi, beberapa pekan atau beberapa hari menjelang persalinan, posisi janin semakin turun ke panggul dan memberikan tekanan lebih kuat kepada kandung kemih. Selain sering buang air kecil, Ibu hamil juga umumnya akan “mengompol” atau kesulitan menahan keluarnya urine saat sedang batuk, bersin atau tertawa.

Frekuensi buang air kecil yang meningkat merupakan salah satu indikasi bahwa janin sudah turun ke panggul dan bersiap memasuki jalan lahir. Jika diikuti dengan kontraksi atau pecahnya ketuban, bisa dipastikan waktu bersalin sudah tiba. Namun, jika tidak dibarengi dengan tanda persalinan yang lain, Ibu tidak perlu terburu-buru ke rumah sakit karena waktu persalinan masih beberapa minggu atau beberapa hari lagi.


Keluar Lendir Darah


Selama kehamilan, leher rahim atau serviks Ibu akan “disumbat” oleh semacam lendir. “Penyumbatan” ini terjadi secara alamiah dan berfungsi melindungi rahim dari jangkauan bakteri. Ketika kehamilan Ibu sudah cukup bulan dan serviks mulai mengendur, lendir tersebut akan terlepas dan keluar melalui vagina. Warnanya bisa cokelat, merah muda atau merah gelap, karena disertai darah dari sobeknya pembuluh darah. Keluarnya lendir ini bisa terjadi beberapa jam ataupun beberapa hari sebelum proses persalinan berlangsung.


Sakit Pada Punggung


Saat hamil tua, bisa saja tiba-tiba Ibu merasakan sakit yang hebat pada punggung bagian bawah. Biasanya hal ini terjadi akibat janin sedang berusaha memutar tubuhnya menuju posisi yang benar, yaitu jalan lahir. Perubahan posisi ini biasanya terjadi saat usia kehamilan mencapai 37 minggu. Janin akan berusaha turun ke rongga panggul dengan kepala di bawah dan wajah menempel pada tulang belakang Ibu.

Akan tetapi, terkadang yang terjadi tidak persis seperti itu. Saat turun, bisa saja tempurung kepala janin yang menempel pada tulang belakang Ibu, inilah yang membuat Ibu merasakan sakit hebat pada punggung. Rasa sakit di punggung menandakan janin sudah berada di jalan lahir dan dalam hitungan minggu atau hari, ia pun siap dilahirkan.


Terjadi Kontraksi


Kontraksi yang terjadi, sering kali digambarkan seperti rasa sakit berupa kram pada perut serta mulas yang biasa dialami ketika menstruasi, tetapi lebih intens. Kontraksi merupakan salah satu bentuk persiapan rahim dalam menyambut datangnya waktu persalinan. Kontraksi persalinan yang sesungguhnya adalah pertanda utama Ibu akan segera melahirkan dalam beberapa jam ke depan.
Ciri-cirinya yaitu :
  • Frekuensi sangat sering dan semakin lama semakin kuat. Kontraksi terjadi setiap 10 menit sekali atau kurang, dengan durasi masing-masing selama 40-60 detik.
  • Disertai keluarnya darah dan lendir dari vagina.
  • Disertai keluarnya air ketuban.

Jika kontraksi muncul dengan jarak yang teratur, tidak lama (sekitar satu menit), tidak semakin kuat, dan tidak disertai nyeri pada bagian selangkangan atau panggul, tandanya Ibu sedang mengalami kontraksi Braxton Hicks atau kontraksi palsu. Bila kontraksi sungguhan terasa di bagian belakang tubuh, kontraksi palsu terasa di bagian depan perut. Ibu dapat memastikan jenis kontraksi dengan berpindah posisi. Bila rasa mulas seketika berkurang atau hilang, tandanya itu kontraksi palsu. Sebaliknya, jika Ibu sudah bergerak kesana kemari, tetapi kontraksi terasa semakin kuat, artinya waktu melahirkan sudah tiba dan Ibu harus segera ke rumah sakit.


Ketuban Pecah


Ketuban pecah merupakan salah satu pertanda kuat bahwa Ibu sudah memasuki waktu melahirkan. Bila ketuban pecah, yang antara lain ditandai dengan keluarnya air ketuban dari vagina secara cepat dan dalam jumlah banyak, maka Ibu harus segera ke rumah sakit. Biasanya persalinan akan terjadi sekitar 24 jam setelah ketuban pecah.

Air ketuban yang normal berwarna jernih atau putih bening. Umumnya, keluarnya air ketuban didahului dengan kontraksi persalinan. Namun, ada juga Ibu hamil yang ketubannya pecah tanpa merasakan kontraksi. Ini yang perlu diwaspadai, karena air ketuban bisa keluar secara perlahan dan bertahap, tanpa disadari oleh Ibu hamil. Jika air ketuban habis, janin menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan keselamatannya pun terancam.

Jadi, bila Ibu merasakan ada cairan keluar dari vagina, segeralah periksa warnanya. Bila warnanya bening, keluarnya sedikit-sedikit, tetapi terus-menerus, kemungkinan ketuban Ibu sudah pecah. Jika air ketuban yang keluar berwarna keruh atau kehijauan, tandanya kondisi di dalam rahim sudah tidak baik bagi janin dan Ibu harus segera ke rumah sakit.


Puting Basah Karena ASI “rembes”


Salah satu bentuk persiapan tubuh dalam menyambut bayi adalah memastikan ASI siap diproduksi. Persiapan ini sudah berjalan sejak kehamilan memasuki trimester ketiga. Struktur payudara Ibu berubah dan kelenjar yang memproduksi ASI mulai bekerja. Sebagian Ibu hamil mengalami ASI “rembes” jauh hari sebelum waktu persalinan tiba, namun kebanyakan Ibu hamil mengalami ASI “rembes” beberapa minggu ataupun beberapa hari menjelang hari melahirkan.

ASI yang keluar sebelum Ibu melahirkan itu adalah kolostrum, yaitu zat bernutrisi tinggi berwarna bening kekuningan. Kolostrum kaya akan protein, rendah lemak, dan mengandung antibodi, yang dihasilkan oleh kelenjar susu Ibu. Kolostrum merupakan makanan alami paling ideal bagi bayi. Zat yang terdapat di dalam ASI ini hanya keluar saat Ibu melahirkan hingga 1-2 hari setelahnya. Selanjutnya, payudara Ibu baru mulai menghasilkan ASI yang akan diminum oleh bayi selama minimal enam bulan ke depan. Jika masalah ASI “rembes” sangat mengganggu dan membuat tidak nyaman saat berada di luar rumah, Ibu bisa mencoba mengenakan breast pad untuk mencegah ASI merembes dan membasahi baju.


Diare


Ketika Ibu hamil sudah memasuki tahap awal persalinan, tubuh akan melepas lebih banyak prostaglandin, hormon yang membantu proses kontraksi dan pembukaan. Terkadang hormon ini memberikan stimulasi berlebihan terhadap usus sehingga memicu terjadinya diare.

Selain itu, sejak beberapa minggu menuju hari perkiraan lahir (HPL), semua otot di rahim sudah melemas guna mempersiapkan diri terhadap persalinan, termasuk yang terdapat di rectum (ujung saluran pencernaan yang berakhir di anus). Salah satu akibat dari pelemasan itu adalah Ibu hamil jadi mudah diare. Meski terasa sangat tidak nyaman, namun gejala ini merupakan salah satu tanda-tanda penting bahwa waktu melahirkan sudah tinggal beberapa hari lagi.

Agar tidak dehidrasi karena terlalu sering pup, perbanyaklah konsumsi air putih. Pastikan juga porsi makan tidak berkurang, agar Ibu tetap memiliki energi sambil menunggu datangnya waktu persalinan. Selain itu, ada baiknya untuk sementara menghindari jenis makanan dan minuman yang mudah merangsang timbulnya diare, seperti susu serta makanan pedas dan asam.


Bengkak di Daerah Vagina


Saat kehamilan memasuki minggu ke 37, janin secara aktif bergerak menuju panggul sehingga menimbulkan tekanan di area vagina. Hal ini antara lain yang membuat vagina terasa membengkak. Selain itu, bengkak pada vagina juga bisa muncul jika proses persalinan berlangsung lama, karena posisi bayi yang terus menekan menuju jalan lahir. Jika pembengkakan terjadi sebelum Ibu memasuki proses persalinan, cukup kompres area vagina dengan handuk yang sudah dibasahi air dingin untuk meringankan rasa tidak nyaman.


Posisi Janin Sudah Turun


Mendekati waktu persalinan, posisi janin akan semakin turun ke panggul. Kepalanya berada di bawah menekan rongga panggul, menandakan ia siap untuk dilahirkan. Pada Ibu hamil yang baru mengalami kehamilan pertama, penurunan biasanya terjadi pada saat usia kehamilan mencapai 37 minggu. Bagi Ibu hamil yang sudah pernah melahirkan, posisi bayi akan turun saat usia kehamilan di atas 38 minggu.

Meski begitu, penurunan ini bukan berarti Ibu sudah hendak melahirkan dalam hitungan jam. Persalinan bisa saja terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu ke depan. Ibu perlu menunggu pertanda persalinan yang lain, seperti kontraksi atau ketuban pecah untuk memastikan saat melahirkan sudah tiba.