Tuesday, April 1, 2014

Berkomunikasi Dengan Janin. Mungkinkah ?

komunikasi dengan janin
Mungkin sebagian orang bertanya mungkinkah untuk berkomunikasi dengan janin? Apa janin sudah bisa mengerti? Bagaimana caranya?

Komunikasi dengan janin memang sangat penting. Melalui komunikasi itulah, janin akan semakin mengenali siapa ibunya. Hubungan batin antara ibu dengan calon anaknya itu dapat terbentuk semakin dalam melalui komunikasi yang dilakukan sejak dini ini. Hal ini juga dinyatakan oleh Dr. David Chamberlain, pengarang buku The Mind of Your Newborn Baby. Ia menyampaikan, saat ibu dapat membangun hubungan dengan janin dalam kandungannya, kelak akan mampu memperbaiki emosional alamiah dari janin itu sendiri. Ini juga kelak akan dapat mempengaruhi kecerdasan bayi.

Dengan demikian ada banyak manfaat berkomunikasi dengan janin, baik bagi si janin maupun ibunya. Bagi janin, komunikasi yang terjalin antara ibu dengan janinnya akan menciptakan kedalaman hubungan emosional antara ibu dengan janin. Janin akan merasa nyaman dan tenang di dalam kandungan dengan mendengarkan suara ibunya, serta merasakan sentuhan kasih sayang dan emosi ibunya. Hal ini akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakternya saat ia besar nanti. Sebagai contoh, ibu yang selalu cemas akan melahirkan anak yang sering cemas pula. Sedangkan ibu yang bahagia, emosinya stabil, sering bernyanyi dan bercerita untuk janinnya, akan melahirkan anak dengan emosi yang juga lebih stabil dan mudah diasuh.

Sementara bagi ibu, melalui komunikasi yang dilakukan, ibu mengajarkan untuk mengasihi anaknya dengan tulus, menerima apa adanya bahkan sejak sebelum terbentuk menjadi individu yang utuh. Hal ini penting dimiliki agar ibu tidak mengalami baby blues kelak, apalagi sampai mengalami depresi pasca melahirkan. Selain itu, ibu juga diajarkan untuk peka terhadap kebutuhan anaknya, seperti ketika janin bergerak-gerak, melonjak, atau menendang-nendang. Kelak setelah anak lahir, hubungan antara ibu dan anak akan terlihat lebih dekat dan intim. Ibu pun akan memiliki kepekaan atau naluri keibuan yang lebih mendalam pada apa yang terjadi dengan anak-anaknya.

 

 

3 Hal Penting Dalam Berkomunikasi Dengan Janin



ngobrol dengan janin
Sedikitnya ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan oleh Ayah dan Ibu dalam menjalin komunikasi dengan janin.
  1. Hindari Menggunakan Kata-Kata Yang Bersifat Negatif. Kata yang bersifat negatif, seperti “jangan” atau “tidak”, sebaiknya tidak digunakan. Janin belum memiliki pikiran sadar, ia belum mampu memahami kalimat yang disampaikan oleh orangtua-nya secara utuh. Saat orangtua mengatakan, “Nak, nanti kamu jangan nakal ya”, maka yang ditangkap oleh janin, besar kemungkinan hanya kata “nakal”. Akibatnya, setelah lahir dan tumbuh menjadi anak yang lebih besar, ia dapat tumbuh dengan perasaan negatif terhadap dirinya, yakni anak yang nakal. Oleh karena itu, ubahlah kalimat menjadi, “Nak, tumbuhlah besar menjadi anak yang baik, penurut, dan sayang Ayah Ibu ya”.
  2. Jaga Kestabilan Emosi Ibu. Janin juga dapat merasakan segala bentuk emosi, baik emosi positif maupun negatif, yang dirasakan oleh ibunya. Oleh karena itu, ibu perlu menjaga kestabilan emosinya; relaks dan bahagialah dalam menjalani kehamilan ini. Ayah bertugas membantu Ibu menetralkan suasana hatinya, menjaganya tetap bahagia, dan tidak stres.
    Ini terbukti dengan klien remaja yang datang ke Personal Growth untuk melakukan tes minat bakat. Dalam mengerjakan tes, juga dari hasil tes, sangat terlihat anak ini mengalami kecemasan. Setelah ditelusuri melalui anamnesis dengan sang Ibu, tidak ada yang kurang dari gaya pengasuhan selama ini. Namun Ibunya mengaku ketika mengetahui dirinya hamil, ia belum siap dengan kehamilannya. Pada saat itu, ia juga sedang memiliki masalah dengan suami. Akibatnya, dirinya sering kali merasa tegang, khawatir, cemas, dan sedih. Emosi-emosi inilah yang kemudian tampak pada anak remajanya saat ini.
  3. Ibu Harus Peka Terhadap Gerakan-Gerakan Yang Dilakukan Janin. Janin merespons terhadap segala bentuk komunikasi yang dilakukan orangtuanya melalui gerakan. Ada janin yang menendang-nendang ketika Ibunya mengajak berbicara atau bernyanyi untuknya. Inilah bentuk emosi bahagia yang dirasakan si janin. Jika ini terjadi, ibu dapat lebih sering berbicara atau bernyanyi untuknya. Dengan demikian, janin pun akan semakin merasa nyaman dan bahagia.
    Ada pula tiba-tiba merasakan perutnya sangat sakit ketika berada di tengah keramaian dengan suara gaduh di sekitarnya. Hal ini menunjukkan janin berupaya merespons bahwa ia tidak merasa nyaman dengan suasana yang ada. Sebaiknya Ibu menghindari lingkungan itu, jika memang janin tidak menginginkannya.

 

 

Berkomunikasi Dengan Janin Melalui Self-Hypnosis

 

berkomunikasi dengan janin
Komunikasi dengan janin melalui self-hypnosis, ibu masuk ke alam bawah sadarnya dan berbicara dengan janin. Jika Ibu peka, Ibu dapat merasakan janin turut bercerita dengan ibunya. Mengapa harus masuk kedalam kondisi hipnosis? Karena janin belum dapat memilki pikiran sadar. Semua yang didengar dan dirasakan janin akan diserapnya secara utuh, tanpa disaring terlebih dahulu, dan disimpannya di alam bawah sadar. Untuk itu, seolah ingin mendengarkan radio, Ibu perlu mencari frekuensi yang sesuai terlebih dahulu untuk mendengarkan saluran yang diinginkannya. Ibu perlu menurunkan gelombang otaknya hingga memasuki gelombang Alfa yang merupakan gerbang antara pikiran sadar dan pikiran tidak sadar, sehingga komunikasi dengan janin pun dapat berlangsung. Akan tetapi, untuk melakukan self-hypnosis ini, Ibu perlu mendapatkan pengarahan khusus terlebih dahulu dari hipnoterapis sebelum akhirnya mampu melakukannya secara mandiri di rumah.

 

 

Lakukan Komunikasi Dengan Janin Sejak Minggu Ke-5

 

ngobrol dengan janin
Janin dapat diajak berkomunikasi sejak ia mulai berkembang menjadi embrio, yakni sekitar minggu ke-5, saat organ-organ tubuhnya mulai terbentuk, seperti jantung, tulang belakang, sistem saraf pusat, pembuluh darah, dan sebagainya. Dengan berkembangnya organ-organ ini, artinya janin telah menjadi makhluk bernyawa dan mulai dapat merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Dengan demikian ibu perlu berhati-hati dan menjaga kestabilan emosinya. Apa pun emosi yang dirasakan oleh ibu dapat dirasakan pula oleh janin di dalam kandungan. Kelak ini juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosi si anak hingga ia tumbuh besar kelak.

Seiring dengan bertambahnya usia janin, komunikasi perlu lebih sering dilakukan. Saat usia 2 bulan, misal ketika janin mulai dapat mendengar dan mulai melakukan gerakan pertamanya, orang tua hendaknya dapat sering-sering mengajak janin mengobrol. Meski komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah, namun janin sudah mampu mendengar suara-suara dari luar, termasuk suara orang tua-nya. Janin juga dapat merasakan ketenangan ketika ibu membelai-belai lembut perutnya.

Untuk melaksanakan komunikasi dengan janin ini memang tidak ada pedoman, idealnya dilakukan beberapa kali dalam sehari. Pelaksanaannya kira-kira sama seperti orangtua yang mengobrol dengan anak-anaknya, tidak ada jadwal atau hitungan khusus, kapan boleh dan kapan tidak boleh mengobrol. Kapan pun ibu menginginkannya, ibu dapat melakukannya.

Komunikasi atau ngobrol dengan janin tidak hanya dapat dilakukan dengan melalui ucapan ataupun perkataan. Belaian, sentuhan, bersenandung, bernyanyi, berdoa dengan suara yang dikeraskan, semua itu dapat merupakan bentuk komunikasi ibu dengan anaknya. Ayah pun perlu melakukan komunikasi dengan calon bayinya melalui cara yang sama seperti yang dilakukan ibu.

Yang perlu dipahami, janin belum memilki pikiran sadar. Ia belum mampu melakukan filter terhadap apa yang didengar dan dirasakannya. Semua bentuk sentuhan, suara, cahaya, ataupun emosi yang diterima, ia serap secara utuh dan langsung disimpannya di dalam pikirannya, yang kemudian setelah lahir, pengalaman-pengalaman ini akan tersimpan di pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, Ayah dan Ibu perlu berhati-hati terhadap segala bentuk sentuhan, suara, maupun emosi yang bersifat negatif. Janin akan merasakan sakit jika ibunya mengalami kesakitan fisik. Janin pun akan terganggu jika mendengar suara-suara gaduh dari luar. Itulah mengapa, para ahli lebih menyarankan janin diperdengarkan musik klasik dibanding musik lainnya, agar janin menjadi lebih tenang dan nyaman.

Mulai sekarang, ibu hamil tidak perlu lagi ragu untuk mengobrol dengan si buah hati di dalam kandungan. Jika anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai masalah seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.